Bahagia diundang hadir dalam pertemuan menggagas upaya solutif pengembangan AIK yang diselenggarakan Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah ini. Acara yang digelar di Kantor PP Muhammadiyah jl Cik Di Tiro Yogyakarta ini berlangsung jam 18.00 wib hingga selesai.
Kebetulan sore ada kelas teori Kemuhammadiyahan Dan Keaisyiyahan dengan Keperawatan semester 4 kelas B. Pertemuan membahas Profil Pimpinan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah. Saya minta mahasiswa menuliskan sebuah artikel tentang satu tokoh Muhammadiyah/ ‘Aisyiyah yang menginspirasi mereka. Menarik. Ada yang menulis tentang Prof. Dr. H. Siti Baroroh Baried yang diabadikan namanya sebagai nama Hall 4 Unisa. Ada yang menulis Prof. Chamamah, Bu Noordjanah Djohantini, Sutan Mansyur, KH Fachrodin, Pak AR Fahruddin, Pak Amien Rais, Buya Syafi’i Ma’arif, Pak Watik, Siti Bariyah, Siti Munjiyah, Kiai Haji Ibrahim, Siti Hayinah, Pak Azhar Basyir, dsb. Artinya, perhatian mereka tidak terkonsentrasi hanya pada KHA Dahlan dan Nyai Siti Walidah saja. Usai perkuliahan, segera saya meluncur ke Cik Di Tiro.
Telah hadir di forum inisiasi S2 Konsentrasi AIK ini antara lain Pak Sayuti, Pak Muh. Samsuddin, Pak Muttaqin, Prof. Sutrisno, Prof. Munir Mulkhan, Kaprodi Sekprodi S2 AIK UAD Dan UMY, Pak Miftah, Pak Iwan, saya, Ketua dan Sekretaris Majelis Dikdasmen DIY, Dan undangan lainnya.
Apa latar belakang acara ini?
Ada banyak keluhan. Hentikan keluhan. Jangan mengecam kegelapan. Hentikan segera! Mari buka S2 AIK. Dosen AIK butuh kualifikasi S2. Punya kompetensi. Ada anak SD disuruh menghafal tujuan Aisyiyah. Problem tidak saja di pendidikan tinggi. Buku mas Robby sudah sangat kuat sebagai landasan filosofis. Demikian penjelasan Pak Sayuti.
Mengapa ngundang ALAIK?
Perkumpulan ini, Asosiasi Lembaga AIK PTMA, yang mengkoordinasikan Lembaga AIK di PTMA Dan para dosen AIK. UAD sudah menyiapkan S2. Nanti S3 Konsentrasi AIK juga.. Syekh Munir Mulkhan dihadirkan untuk menguatkan tujuan Kita.
Respon?
Prof Sutrisno menyampaikan Hal Kebijakan. AIK biasanya terhenti pada persoalan formalitas. Ekonomi misalnya. Andai Ada dosen terbaik. Jangan selamanya terhenti pada formalitas. Mari berbenah diri. Kembali ke tadi, kurikulum. Bagaimana agar menjadi gerakan masif? Perlu diupayakan.
Bagaimana tanggapan Prof.Munir Mulkhan?
Menurut tokoh Muhammadiyah asal Jember yang kemudian sempat merantau ke Lampung ini sebagai berikut. “Kebetulan saya tidak ikut di Malang. Menurut saya, orientasi bukan hanya pada mahasiswa saja, namun PTM juga. Pendidikan, lebih khusus perguruan tinggi, maka harus memberi warna di PTM itu. Karenanya perlu orientasi pembelajaran. Jangan cuma cerita sejarah, kelembagaan. Kuno. Harus bisa memberi pemaknaan mengapa Muhammadiyah berdiri.
Prof Munir melanjutkan. Berdirinya Muhammadiyah dan majelis-majelis, filosofinya apa. Agar Kita bisa buat maping. Pola di daerah minoritas seperti apa. Sosiologi, antropologi. Ilmu lain diperlukan juga. Selalu muncul dari bawah. Ini lho cara ‘ngrembokokan’ Muhammadiyah.
Kesaksian dokter Soetomo. Terkonfirmasi dg jumlah anggota. Sy cek. sejak tahun 1912 anggota Kita belum ada 1 jt. Membuat orang Kristen Katolik lebih manusiawi. Ini yang saya sebut virus Muhammadiyah.
Demikian diantara diskusi Inisiasi Program S2 Konsentrasi AIK bersama Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah. Ada sebuah tantangan menarik yang perlu kita fikirkan dalam hal pengembangan AIK ini, baik di perguruan tinggi maupun di pendidikan dasar Dan menengah. Tentu, saya hanyalah secuil bagian tersebut. Saya ingat pesan Pak Amien Rais kala itu, sekitar tahun 90-an, “Teruslah lakukan sesuatu untuk kemajuan bangsa ini..”
Saya kira pesan itu selaras dengan pesan Al-Qur’an bahwa “Lakukanlah kebajikan walau hanya sebesar biji sawi..” Ada pula ayat “Betapapun hanya sebesar biji sawi, Allah pasti akan membalasnya.”
Omong-omong nih, apa sih hakikat kita berMuhammadiyah?
Yaitu agar Kita mampu berbuat baik, punya inisiatif kuat untuk selalu melakukan kebaikan dan kebajikan. Tantangan dan kemajuan jaman perlu kita apresiasi secara positif. Terus tebarkan salam. Kampung akhirat senantiasa kita dambakan. []
Yogyakarta, 12 Maret 2020
Sri Lestari Linawati adalah pegiat literasi, penggagas BirruNA “PAUD Berbasis Alam dan Komunitas”, peneliti pada Pusat Dunia (Pusat Studi Anak Usia Dini dan Keluarga Yogyakarta), Dosen UNISA Yogyakarta. Perempuan yang akrab disapa “Lina” ini adalah salah satu pengurus ALAIK PTMA, juga ikut ‘nguri-uri’ ‘Aisyiyah Center UNISA Yogya. Bu Lina bisa dihubungi di email sllinawati@gmail.com atau no hp 0812.15.7557.86.