oleh admin | 17 Rabi'ul Awwal 1445 H | 02 Oktober 2023 M | News
Yogyakarta, 1 Oktober 2023 – Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta menyelenggarakan wisuda yang istimewa kali ini. Acara wisuda ini menjadi yang pertama kali diadakan di Convention Hall Masjid Walidah Dahlan UNISA Yogyakarta, sebuah peristiwa yang sangat ditunggu-tunggu oleh seluruh keluarga dan mahasiswa yang telah menyelesaikan perjalanan akademik mereka.
Wisuda yang digelar pada Sabtu, 30 September 2023, UNISA Yogyakarta melepas sebanyak 784 lulusan. Dari total lulusan tersebut, sebanyak 78,7% di antaranya berhasil meraih predikat cumlaude, menunjukkan dedikasi tinggi dan kerja keras mereka selama masa kuliah.
Tidak hanya itu, sebaran Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) lulusan juga menunjukkan kualitas pendidikan yang tinggi di UNISA Yogyakarta. Untuk program pasca sarjana, IPK rata-rata lulusan mencapai 3,88, sementara untuk sarjana mencapai rata-rata IPK 3,38, dan diploma dengan rata-rata IPK 3,78.
Dalam hasil uji kompetensi mahasiswa, hasil yang luar biasa juga diperoleh. Program studi D3 kebidanan mencapai tingkat kelulusan sebesar 96%, sementara untuk program Diploma Teknik Radiodiagnostik (TRR) 99.1 %, prodi Teknologi laboratorium Medik (TLM) mencapai 88,67%. Program profesi bidan 90 %, profesi keperawatan 92,56%, keperawatan anestesi mencapai tingkat kelulusan 100%. Hal ini menunjukkan standar tinggi dalam pembekalan keterampilan dan pengetahuan mahasiswa di UNISA.
Tidak hanya itu, universitas ini juga berhasil menarik perhatian 2500 mahasiswa baru yang bergabung, menandakan reputasi yang baik dan kepercayaan masyarakat terhadap kualitas pendidikan di UNISA.
Rektor UNISA Yogyakarta, Dr. Warsiti, M.Kep., Sp.Mat., menyampaikan bahwa keberhasilan ini adalah buah dari perjuangan mahasiswa dalam tiga masa, yaitu masa pra-covid, saat pandemi, dan masa pasca-covid. Mereka telah menunjukkan ketangguhan dan ketahanan dalam menghadapi berbagai tantangan dalam perjalanan akademik mereka.
Selain itu, UNISA juga mencatat prestasi luar biasa dengan adanya pengangkatan jabatan fungsional tertinggi guru besar pertama di UNISA Yogyakarta dan juga bidan professor Ilmu Kebidanan pertama di Indonesia. Yang selanjutnya akan membuka program S3 Kebidanan serta program S2 Keperawatan dan S2 Fisioterapi.
‘’Ini adalah langkah besar kami dalam memajukan bidang kesehatan dan pendidikan di Indonesia’’, kata Warsiti Semua pencapaian ini menjadi bukti bahwa Universitas Aisyiyah Yogyakarta terus berkomitmen untuk memberikan pendidikan berkualitas tinggi dan melahirkan lulusan-lulusan yang siap bersaing di dunia profesional. Selamat kepada semua lulusan UNISA yang telah berhasil meraih gelar, dan semoga mereka terus berprestasi dalam karir mereka ke depan.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Sed arcu massa, dapibus sit amet elit auctor, pharetra pharetra metus. Aliquam dolor odio, faucibus id volutpat a, ornare id diam. Nulla tempus porttitor mi id vehicula. Curabitur at nunc in arcu consectetur fermentum tincidunt et eros. Suspendisse elementum enim justo, sit amet commo Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Sed arcu massa, dapibus sit amet elit auctor, pharetra pharetra metus. Aliquam dolor odio, faucibus id volutpat a, ornare id diam. Nulla tempus porttitor mi id vehicula. Curabitur at nunc in arcu consectetur fermentum tincidunt et eros. Suspendisse elementum enim justo, sit amet commo
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Sed arcu massa, dapibus sit amet elit auctor, pharetra pharetra metus. Aliquam dolor odio, faucibus id volutpat a, ornare id diam. Nulla tempus porttitor mi id vehicula. Curabitur at nunc in arcu consectetur fermentum tincidunt et eros. Suspendisse elementum enim justo, sit amet commo Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Sed arcu massa, dapibus sit amet elit auctor, pharetra pharetra metus. Aliquam dolor odio, faucibus id volutpat a, ornare id diam. Nulla tempus porttitor mi id vehicula. Curabitur at nunc in arcu consectetur fermentum tincidunt et eros. Suspendisse elementum enim
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Sed arcu massa, dapibus sit amet elit auctor, pharetra pharetra metus. Aliquam dolor odio, faucibus id volutpat a, ornare id diam. Nulla tempus porttitor mi id vehicula. Curabitur at nunc in arcu consectetur fermentum tincidunt et eros. Suspendisse elementum enim justo, sit amet commo Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Sed arcu massa, dapibus sit amet elit auctor, pharetra pharetra metus. Aliquam dolor odio, faucibus id volutpat a, ornare id diam. Nulla tempus porttitor mi id vehicula. Curabitur at nunc in arcu consectetur fermentum tincidunt et eros. Suspendisse elementum
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Sed arcu massa, dapibus sit amet elit auctor, pharetra pharetra metus. Aliquam dolor odio, faucibus id volutpat a, ornare id diam.
Nulla tempus porttitor mi id vehicula. Curabitur at nunc in arcu consectetur fermentum tincidunt et eros. Suspendisse elementum enim justo, sit amet commo Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Sed arcu massa, dapibus sit amet elit auctor, pharetra pharetra metus. Aliquam dolor odio, faucibus id volutpat a, ornare id diam.
Universitas `Aisyiyah Yogyakarta (UNISA) telah memulai proses kunjungan Monitoring dan Evaluasi (Monev) terhadap dana Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) yang diterima dalam tahun anggaran 2023. Langkah ini diambil untuk memastikan penggunaan dana tersebut sesuai...
Universitas 'Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta menghadiri acara penyerahan beasiswa Program Jaring Pengaman Sosial (JPS) kepada mahasiswa terpilih dari kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman. Penyerahan beasiswa ini digelar di pendopo Parasamya Sleman, Rabu...
Cuaca panas Indonesia melanda sebagian wilayah di Indonesia beberapa hari terakhir ini. Suhu panas pada siang hari dapat mencapai kisaran 35- 38.0°C jauh melebihi dari batas maksimal kenyamanan suhu di Indonesia yg berkisar antara 22- 26 °C. Dosen Program Studi...
Seminggu lagi saatnya UTS, ujian tengah semester. Karenanya, minggu ini focus merampungkan materi teori dan menyiapkan naskah UTS. Ujian kali ini berbeda, karena ini memang situasi work from home, learning from home, di rumah aja. Tiap pagi memang selalu kita saksikan hadirnya mentari. Pohon-pohon dan dedaunan masih menari-nari dihembus angin. Masih terdengar kokok ayam menyambut hadirnya pagi. Beberapa ekor ayam jantan dan betina juga masih tampak berkeliaran di halaman. Panas dan hujan pun datang silih berganti. Namun, ini masa kami sebaiknya di rumah aja.
Bekerja dari rumah sebagai himbauan pemerintah, ya.. mungkin baru kali ini. Kita semua dihimbau untuk bekerja dari rumah. Kalau pun terpaksa keluar, itu apabila dalam keadaan tertentu yang sangat mendesak untuk keluar. Pedagang sayur dan buah, tentu keluar rumah. Pak tani yang sedang tanam atau panen, tentu di sawah, tidak bisa online. Begitu pula para tenaga kesehatan di rumah sakit, berdiri di garda terdepan memberikan layanan kesehatan bagi para pasien, termasuk pasien covid-19.
Nah, hari senin kemarin saya sudah mengagendakan untuk mengatur ulang jadwal kuliah yang sebelumnya dibatalkan. Saya berharap mereka telah fresh kembali. Karena itu, saya melakukan koordinasi intensif dengan pj kelas. Mengapa harus intensif? Karena yang dikoordinasikan bukan sekadar tanggalnya saja, namun persiapan materinya juga. Saya berharap setiap mahasiswa di kelas ini mampu menangkap substansi pesan perkuliahan Kemuhammadiyahan dan Keaisyiyahan.
Beberapa anak tetangga bermain di depan rumah. Maklumlah dunia anak memang bermain, jadi tidak bisa duduk tenang bila harus duduk diam seharian di rumah. Kebetulan ada kertas gambar, jadi saya bagikan pada mereka. “Ini ada kertas gambar. Ini pulpennya. Silakan gambar apa saja yang ingin digambar. Dipenuhi saja satu halaman ini. Ingat… jaga jarak ya… apa namanya? Ya, physical distancing,” saya memberi pengantar.
Bersegera mereka berempat menerima kertas dan memilih warna pulpen yang mereka sukai. “Yo… yo… nggambar…. Jaga jarak…,” kata seorang anak dengan senyum dan semangat. Lega melihat anak-anak itu juga menangkap himbauan pemerintah untuk physical distancing, jaga jarak. Hla kok masih berdekatan? Kumpul-kumpul? Yach namanya anak-anak, memang harus pelan-pelan dan terus menerus diingatkan. Usai itu saya tinggal masuk untuk merampungkan tugas.
Beberapa saat kemudian, mereka datang lagi, “Bu Lina, apakah kertasnya masih ada?” Kembali saya menghampiri mereka. Ternyata ada dua anak lagi yang datang bergabung. Saya serahkan kertas dan alat tulis, sambil berpesan lagi, “Ingat ya… jaga jarak… physical distancing….” Anak-anak berlalu sambil mengulang pesan saya. “Nggambar.. Jaga jarak..” kata mereka dengan riang. Saya masuk kembali ke ruang kerja dan menyiapkan materi kuliah.
Siang, putri saya memanggil, “Bu, anak-anak datang lagi, nyari Ibu, mau nyerahin gambarnya. Gambar mereka sudah jadi.” Kembali saya ke depan menemui anak-anak. Benar, mereka laporan gambarnya sudah jadi. Tentu saya harus menghargai kerja mereka. “Alhamdulillah… bagus.. ditempel di papan pengumuman RT ya..” Dengan semangat mereka menuju papan pengumuman RT setelah menerima selotip dan gunting. “Ingat lho… tetap jaga jarak…,” pesan saya. “Ya, Bu..” jawab mereka sambil berlalu.
Kembali saya merampungkan materi. Saya hanya berharap konsentrasi saya tidak buyar… haha.. ini sudah minggu terakhir sebelum UTS. Agendanya sudah padat merayap: merampungkan teori, menyiapkan naskah ujian dan ngecek kehadiran mahasiswa. Sebenarnya sih hanya presensi kelas besar yang dihitung dan biasanya sudah terdeteksi dalam akademik, sehingga dosen pengampu tidak perlu repot-repot ngecek. Masalahnya, mahasiswa di kelas praktikum yang menanyakan presensinya yang kurang. Yang begini ini yang seringkali bikin ribet. Tidak apa. Ini mengajarkan pada saya untuk meningkatkan kesabaran menghadapi mahasiswa. Saya akan ngecek, agar saya bisa menjawab dengan benar pertanyaan mahasiswa via whatsapp.
Tok.. tok.. tok.. Assalamu’alaikum.. Terdengar pintu depan diketuk. Suara anak-anak. Saya mulai cemas, apalagi nih? Untunglah putriku tersenyum cengar-cengir melihat tingkah polah anak-anak. “Anak-anak datang lagi,” kata putri saya. Dengan senyum, saya pun membuka pintu. “Mengembalikan ini, Bu,” kata Aya, “terima kasih..” Ternyata mereka telah rampung menempelkan gambar-gambar mereka. “Oya, sama-sama,” jawab saya. “Alhamdulillah,” gumam saya dalam hati.
Inilah foto hasil karya anak-anak yang seharian tadi bermain di depan rumah. Mas suami yang motret saat lewat depan papan pengumuman tersebut. Saya sih di rumah aja.. hehe.. Keesokan harinya, sambil olahraga pagi, saya sempatkan melihatnya sendiri. Ternyata anak-anak itu adalah Ghani, Widya, Diesfa, Aya, Brian, dan Aliya. Layaknya guide wisata, Ghani menjelaskan satu satu gambar yang dipajang itu. “Alhamdulillah, bagus. Seminggu biarkan gambar ini dipajang di sini. Seminggu lagi, silakan ganti dengan gambar baru..,” saya memberikan respon. “Seminggu?” tanya Ghani. “Iya, seminggu.. seminggu ada berapa hari?” tanya saya. Kami menghitung bersama “senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu, minggu. Tujuh hari.” “Nah, kalau begitu kapan gambar diganti dengan gambar baru?” tanya saya pada Ghani yang kelas 2 SDN Kanoman. Dia pun berfikir sejenak, lalu menjawab agak ragu, “senin..” Segera saya jawab, “Betuuul…”
Pagi itu masih pagi banget. Tak ada seorang pun yang lalu lalang. Kebetulan menyapu halaman sudah usai, jadi masih punya waktu untuk ‘ngaruhke’ seorang calon generasi bangsa, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk di fikiran bocah kecil ini. Kebetulan tidak jauh dari papan pengumuman ini, di gapura masuk dusun kami, terpasang backdrop peringatan covid-19. Saya mengajak Ghani membacanya satu satu. Saya tunjukkan pula backdrop peringatan yang terpasang di atas gang ini. Peringatan bagi pemudik luar daerah yang datang ke dusun ini.
Ghani manggut-manggut, coba memahami keadaan covid-19. Ya, keadaan inilah yang memaksa kita semua untuk tidak beraktifitas seperti biasanya. Tidak berkerumun. Tidak kumpul-kumpul. Menjaga jarak. Mencuci tangan dengan 6 langkah. Menjaga pola hidup bersih dan sehat. Sekira pengertian itu sudah diterima oleh bocah bernama Ghani ini, kami pulang.
Saya belajar bahwa anak-anak itu cerdas. Sekecil itu pun, mereka bisa kok diberi pengertian. Memang tidak sekali penjelasan langsung faham. Dibutuhkan langkah-langkah kecil yang persuasif dan penuh kegembiraan, hingga mereka faham makna keadaan stay at home, physical distancing. Hanya dibutuhkan kesediaan orang tua atau pendamping anak untuk berbicara dengan mereka. Bersedia juga untuk ditanya mereka dan ditanya lagi. Istilah bahasa Jawanya ‘greteh’. Maklumlah, corona ini kan tidak kasat mata, maka kita pun musti punya stok kesabaran luar biasa menghadapi anak-anak. Yakinlah suatu saat mereka akan faham, selama kita mau sabar mengajarkan nilai-nilai pada mereka. “Jawaban yang lemah lembut, dapat menyingkirkan kemarahan.” (George Rona).[]
Hikmah terbesar selama Work From Home adalah full bersama anak di rumah. Kita bekerja dari rumah, anak belajar juga dari rumah. Yang penting internet kenceng dan lancar, maka pembelajaran online dan penugasan insyaallah oke. Apakah hanya terkait dengan internet?
Tentu tidak. Dalam kehidupan yang kita jalani selama dua puluh empat, ada banyak kegiatan di rumah yang membutuhkan kerjasama semua anggota keluarga. Mulai bangun tidur, wudlu, shalat malam, bersujud, memanjatkan doa, menyiapkan sarana prasarana kegiatan seharian nanti, menyapu halaman, mengisi air, olahraga, menyambut mentari pagi, hingga bisa duduk tenang membaca buku dan menulis.
Bukan pekerjaan sekali jadi, namun dilakukan bertahap satu demi satu dengan penuh suka cita, sepenuh cinta dan tetap dengan mengharapkan sepenuhnya pertolongan Allah. Mengapa? karena kemampuan manusia amat sangat terbatas. Antara jiwa dan fisik ada dalam satu kesatuan tubuh ini. Itulah sebabnya mengapa kita perlu menulis. Sebagai apapun kita, menulis itu diperlukan. Menulis itu mengambil hikmah. Menulis itu menggapai cahaya Tuhan.
Work From Home sebagai kebijakan yang diambil untuk mencegah penularan covid-19, membuat saya memikirkan tentang kematian. Kita dihadapkan pada suatu situasi begitu mudahnya orang mati saat terkena covid-19. Pandemi. Kita pun dicekam ketakutan akan kematian. Memang tidak semudah itu kita mati karena covid, namun toh kita dihadapkan pada keadaan waspada terhadap ancaman terpapar covid-19. Karena itulah saya ingin menulis, untuk menempatkan persoalan kematian ini pada tempat yang wajar.
“Setiap yang berjiwa akan merasakan mati”. Ayat ini terdapat dalam 3 ayat, yaitu surat Ali Imran (3): 185, surat Al-Anbiya (21): 35 dan surat Al-Ankabut (29): 57. Ingat ya, Teman, ada cara mudah untuk mencari ayat. Di google, Teman bisa mencarinya dengan aplikasi Lafzi. Cukup klik dengan transliterasi Indonesianya. Tidak perlu repot menulis dengan huruf khat atau tulisan Arab. Jadi, Teman cukup tulis “kullu nafsin dzaiqatul maut.” Nah, gampang kan? Sampai di sini, kita menjadi tahu kan manfaatnya sering mendengarkan murattal Al-Qur’an. Nggak punya ide, dengarin murattal. Sambil olahraga ringan di samping rumah, dengarin murattal juga oke. Leyeh-leyeh, asyik juga dengarin murattal. Mau tidur pun, murattal terasa indah terdengar di telinga. Jadi, mendengarkan murattal itu sama sekali tidak mengurangi waktu kita. Tetap bisa menjalankan aktivitas apapun. Kerja oke, kuliah oke.
Apa hubungan mati dengan menulis?
Janganlah kita mati sebelum menulis. Jangan biarkan ide kita, gagasan, pengetahuan, pengalaman kita ikut terkubur dengan jasad kita. Nah. Yuk mulai menulis..
Lalu bagaimana dengan anak-anak di rumah?
Nah, buat emak-emak seperti saya nih, bersama anak di rumah selama work from home memang asyik-asyik sedap. Asyik bila kita bisa kerjasama. Sedap bila indah kerjasama yang tertata. Bila tidak? Sewot tentulah yang dirasa.. Sebelum itu terjadi, yuk kita baca puisinya Dorothy Low Nolte.
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki.
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri.
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri.
Jika anak dibesarkan dengantoleransi, ia belajar menahan diri.
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai.
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia belajar keadilan.
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan.
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi dirinya.
Jika anak dibesarkan dalam kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.
Bismillah. Semoga Allah mampukan kita menjadi emak-emak shalihah yang mampu menerima kehadiran anak-anak kita apa adanya. “Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan yang tidak dimiliki orang lain” (Arcele Ary Tandy).
Tulisan ini dibuat dalam rangka ikut memperingati Hari Kesehatan Sedunia (World Health Day), 7 April. Tahun ini WHO menetapkan tema penting “Support Nurses and Midwives” (Dukung Perawat dan Bidan).
Pada tulisan ini, saya ingin menampilkan diskusi saya dengan mahasiswa perawat anvulen. Materi pertemuan kelima pada siang itu adalah tentang “Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah”. Dalam diskusi sebelumnya, mereka seringkali menanyakan “bagaimana wujud nyatanya dalam kehidupan sehari-hari?” Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini, saya mencoba mengemas materi dengan menampilkan sosok tokoh teladan di bidang kesehatan: dr. Erwin Santosa, M.Kes.
Harapannya, mahasiswa menjadi tahu, termotivasi dan terinspirasi untuk mengikuti jejak perjuangan beliau. Logikanya sederhana. Bila termotivasi oleh tokoh, insyaallah akan mengikuti juga untuk melengkapi diri dengan hal-hal yang dimiliki tokoh, termasuk MKCH.
“Tak pernah orang dapat menciptakan suatu karya yang besar tanpa antusiasme.” (Emerson)
“Tidak ada yang lebih menular daripada teladan. Perbuatan baik diikuti perbuatan baik, dan perbuatan buruk diikuti perbuatan buruk pula.” (La Rouchefoucauld)
“Mengagumi seseorang berarti berkeinginan menjadi sama dengan yang dikagumi itu, sedangkan merasa iri hati kepada seseorang berarti berhendak untuk menyingkirkannya.” (Pierre Reverdy)
Berikut ini adalah beberapa respon mahasiswa. Menarik untuk disimak.
Mahasiswa A: “Terkait materi MKCH, pada forum ini Ibu beri tema “Menjadi pribadi yang lebih baik”. Ibu memberikan contoh nyata seorang tokoh, dr. H Erwin Satosa, Sp.A., M.Kes yang sangat luar biasa perjalanannya, berjuang mendirikan hal-hal baru di bidang kesehatan Muhammadiyah. Mulai mendirikan prodi Kedokteran di UMY, hingga menggagas dan menggerakkan STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta menjadi Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta. MKCH memberikan arah terhadap perjuangan dr. Erwin.
Mahasiswa B: Setuju. Dokter Erwin sosok pribadi yang matang dengan jiwa Muhammadiyah dengan menerapkan nilai-nilai MKCH. Di mana pun berada selalu menginisiasi melahirkan hal yang baru dan berkemajuan di bidang pendidikan dan kesehatan, berusaha melakukan perubahan-perubahan yang dibutuhkan untuk kemajuan persyarikatan, rela meninggalkan kepentingan pribadi atau ego demi mendarmabaktikan hidupnya di Muhammadiyah. Bagaimana kita mampu meneladani beliau, di era sekarang? Tentunya butuh semangat yang tinggi dan keyakinan bahwa kita juga bisa berbuat yang terbaik mulai dari lingkungan disekitar kita , dari tempat kerja, tempat tinggal, dan sebagainya.
Sampai di sini, saya menjadi ingat quote Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag, Guru Besar Tafsir Al-Qur’an UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, yaitu: “Orang hebat ialah siapa saja yang mampu mengubah dirinya menjadi lebih baik dan lebih berfaedah bagi sesama.”Bila engkau berjumpa dengan orang yang hebat lagi mengagumkan, ketahuilah bahwa DIA TELAH MELAKUKAN apa yang belum engkau lakukan.
Mahasiswa C, non muslim: Profil dr. Erwin sangat menginspirasi. Dengan latar belakang seorang dokter yang saya rasa secara finansial tidak kekurangan, tetapi mempunyai konsen dalam memajukan dunia pendidikan terutama di bidang pendidikan kesehatan. Menurut saya dari artikel profil dr Erwin, beliau mempunyai kemampuan komunikasi yang baik sehingga apa yang menjadi misi beliau bisa dicapai untuk kemajuan dunia pendidikan bidang kesehatan seperti sinergi PTM dan RSMA, loby untuk pelatihan ACLS dengan PERKI dan KIDI untuk penempatandokter internship. Beliau juga memperhatikan dari sisi sosial dimana anak anak panti asuhan dan dari poindok pesantren muhamadiyah diberika beasiswa profesi dan kerjasama dengan klinik muhamadiyah sekalian untuk memenuhi kebutuhan tenaga medis di klinik tersebut. dr Erwin bisa memanfaatkan pengalaman beliau dalam dunia pendidikan dan akreditasi dalam memetakan apa yang jadi kebutuhan dilapangan dan diberikan solusi yang sesuai kebutuhan dilapangan.
Mahasiswa D: MKCH merupakan gerakan islam dan dakwah amal makruf nahi mungkar, beraqidah, dan bersumber pada Al-Qur’an dan Sunah Rosul. Bercita-cita demi terwujudnya masyarakat yang utama, adil, makmur yang diridhoi Allah SWT.
Prof dr. Erwin Santosa, Sp.A, M.Kes. merupakan sosok dokter specialis anak yang sudah professor, yang banyak mengabdi di pelayanan kesehatan. Sebagai seorang dokter anak di rumah sakit pemerintah, mengambil pensiun dini, karena mengemban tugas dari persyarikatan Muhammadiyah sebagai direktur RS PKU Muhhammadiyah periode 1993-1999. Beliau juga menggagas berdirinya Fakultas Kedokteran UMY, juga menggagas STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta menjadi Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta.
Mahasiswa E: Betul, beliau seorang kader terbaik yang pernah dimiliki Muhammadiyah. Selalu ada ide pembaharuan dan kemajuan yang muncul dari beliau. Pernah dekat dengan beliau semasa menjabat Direktur Utama RS PKU Muhammadiyah dan sebagai dokter spesialis anak. Sosok yang sederhana, tetapi penuh dengan pemikiran luar biasa untuk memajukan pendidikan maupun kesehatan. Memberikan wawasan dan motivasi terhadap siapa saja orang-orang di sekeliling beliau untuk berubah menuju yang lebih baik.Ketika mendapat amanah bagaimana bisa mengemban amanah itu dengan sebaik-baiknya. Tidak puas begitu saja tehadap apa yang sudah diraih, tetapi terus berfikir apalagi yang bisa diperbuat (improvement).
Mahasiswa F: MKCH merupakan gerakan amar ma’ruf nahi munkar, berpedoman pada Al Qur’an dan sunah, untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar benarnya. MKCH tidak hanya ditujukan untuk warga Muhammadiyah saja, tetapi juga muslim Indonesia. Tetapi pada pelaksanaannya masih belum dipahami secara utuh oleh warga Muhammadiyah..
Mahasiswa G: Profil dr. H. Erwin Santosa, Sp.A, M.Kes. Bila kita berbicara tentang Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah, dr. Erwin merupakan salah satu role model yang bisa menjadi contoh semangat perjuangan bagi Muhammadiyah sehingga kita bisa dengan nyaman belajar dilingkup Muhammadiyah-Aisyiyah. Beliau adalah salah satu pejuang di bidang dokter Muhammadiyah yang mengadbikan diri untuk layanan kesehatan dan pendidikan.
Dengan perjuangan beliau yag luar biasa, beliau menjadi inisiator berdirinya FK UMY sekaligus FK PTM yang pertama. Beliau memiliki visi yaitu tentang pentingnya Muhammadiyah mengembangkan pendidikan kesehatan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari layanan kesehatan yang teklah ada dan berkembang. Hal ini yang mendasari beliau melahirkan beberapa prodi di FK UMY yaitu prodi keperawatan, kedokteran gigi dan S2 Manajemen Rumah Sakit. Selama beliau menjabat sebagai dekan FKIK UMY beliau berusaha mensinergikan amal usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan dan layanan kesehatan. Beliau juga membentuk Asosiasi Pendidikan Kedokteran dan Kesehatan Muhammadiyah (APKKM) yang melaksanakan pertemuan pertama nya di Yogyakarta. Dalam pertemuan tersebut menghasilkan rekomendasi yaitu kerja sama yang harmonis antara FAkultas Kedokteran (FK) dengan Rumah Sakit Muhammadiyah-‘Aisyiyah (RSMA), RSMA mempersiapkan diri sebagai rumah sakit pendidikan, melibatkan prodi kesehatan (selain kedokteran) dalam APKKM, dan mengupayakan RSMA menjadi Wahana pendidikan kedokteran dan kesehatan. Beliau juga merupakan salah satu penggagas perkembangan STIKES Aisyiyah Yogyakarta menjadi UNISA dengan tujuan meningkatkan mutu pendidikan tenaga kesehatan.
Berkat kegigihan dan perjuangan beliau, saat ini kita bisa menikmati keharmonisan dan kesinergisan antara amal usaha Muhammadiyah dalam bidang pendidikan dan layanan kesehatan. sehingga kita bisa dengan nyaman menempuh pendidikan dan kemudian akan nyaman juga menempuh pendidikan praktik di Rumah Sakit Muhammadiyah-‘Aisyiyah contohnya PKU Muhammadiyah.
Semua kisah perjuangan beliau yang begitu luar biasa menjadikan motivasi untuk saya pribadi menjadi orang yang lebih tangguh lagi. Role model dalam perjuangan bidang pendidikan dan kesehatan ini menjadi perwujudan nyata dari MKCH dan memotivasi saya untuk selalu menjadi pribadi lebih baik di setiap harinya. dr.Erwin juga memotivasi saya sebagai perawat yang bekerja untuk selalu tulus dan ikhlas dalam memperjuangkan kepentingan pasien.
Mahasiswa H: Dokter Erwin menurut saya adalah dokter yang benar benar mengabdikan hidupnya di Muhammadiyah..beliau seorang dokter yang membawa perubahan di Muhammadiyah. Beliau juga merupakan penggagas dan pembaharu di dalam sistem dunia kedokteran.
Walaupun beliau sudah jadi PNS, tetapi beliau memilih untuk pensiun dini dan mengabdikan hidup sepenuhnya untuk Muhammadiyah, mulai dari mengajar di perguruan Muhammadiyah dan salah satu pendorong berdirinya unisa. Sangat bagus untuk inspirasi buat kita semua karena keikhlasan hati beliau untuk Muhammadiyah..
Mahasiswa I: Beliau adalah sosok yang visioner, tak kenal lelah dan loyalitas tinggi terhadap Persyarikatan. Ini menjadi semacam cambuk/ contoh bagi saya yang bekerja di Persyarikatan Muhammadiyah. Kenyataan di lapangan, bagi kami bila mendapatkan sesuatu dari apa yang harusnya kita dapat, misal gaji, yang menurut kami kurang atau ada kebijakan yang baru yang menurut kami berat, maka kami pasti protes dsb.
Dari beberapa respon tersebut, kita dapat melihat bahwa mahasiswa mampu menangkap pengertian, makna dan hakikat MKCH dari sosok dr. Erwin. Saya bersyukur atas anugerah Allah ini. Membahas MKCH tidak harus mengerutkan kening, sebaliknya, justru dapat difahami dengan mudah dan sederhana. Sekali lagi saya sampaikan “Selamat Hari Kesehatan Sedunia” untuk Perawat dan Bidan Indonesia.[]