Pilih Laman

Baitul Arqam yang Mencerahkan

Pagi-pagi sudah kami dapatkan laporan pelaksanaan Baitul Arqam Banyuraden yang dikoordinir Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sleman. Luar biasa. Hadiah terindah. Satu hal yang selama ini sering saya impikan benar-benar terjadi. Alhamdulillah.

Karenanya terima kasih kami sampaikan kepada:
1. Bapak Muhammad Ichsan, S.E., M.M. dan segenap Tim MPK PDM Sleman,
2. Bapak dr. H. Faesol, Sp.Rad dan segenap jajaran Pimpinan Ranting Muhammadiyah Banyuraden,
3. Ibu Wijayanti dan segenap jajaran Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah Banyuraden,
4. Bapak dan Ibu segenap panitia Baitul Arqam Banyuraden,
5. Ibu-ibu dan bapak-bapak peserta Baitul Arqam Banyuraden, dan
6. Ibu/ Bapak semua pihak yang telah membantu terselenggaranya Baitul Arqam ini dengan baik, lancar dan sukses.
Teriring doa semoga amal ibadah kita diterima dan diridhai Allah swt, amin.

Ada rasa haru menyeruak saat membaca satu per satu laporan yang dipaparkan MPK PDM Sleman. Terlihat jelas adanya sebuah semangat PDM Sleman dalam mengelola perkaderan Muhammadiyah dengan sungguh-sungguh.

Usai pembukaan Baitul Arqam pada sabtu, 14 Maret 2020, kami lihat ada beberapa ibu dari MPK PDM Sleman. “MPK PDM ada ibu-ibunya juga, Pak Ichsan?” tanya saya. “Ya, Bu, karena tiap perkaderan yang kami kelola seringkali ada ibu-ibunya, jadi kita libatkan untuk kemudahan pengelolaan,” terang Pak Ichsan.

Apa arti pengelolaan?
Kita bisa mengikuti rangkaian materi sejak awal hingga akhir dengan baik dan lancar, ini hasil nyata sebuah pengelolaan itu. Saya yang menjadi peserta sekaligus panitia dapat mengikuti kegiatan dengan baik, dapat menunaikan tugas dengan optimal, saya kira ini adalah buah adanya pengelolaan ini. Adanya pengelolaan perkaderan oleh MPK ini sangat membantu kami dan membuat kami bisa bernafas lega.

Pak Ichsan dibantu timnya antara lain Bu Nur, Bu Wari dan Mbak Esti (?) sebagai moderator, Pak Afandi selaku Imam Training Dan Kang Zaenal sebagai instruktur outbound.

MPK PDM Sleman juga telah menghubungi para pemateri yang sesuai. Bila ada yang tidak bisa pun, dicarikan penggantinya yang tak kalah menariknya. Kami sangat menikmati runtutan materi dari materi satu, dua, tiga, empat, hingga materi lima. Saya merasakan ini sebagai sebuah momentum baik kami segenap keluarga Muhammadiyah ‘Aisyiyah Banyuraden.

Persiapan panitia juga membuahkan hasil manis. Penyiapan penginapan, ruang pembelajaran, penyediaan makanan dan snack, air minum, masjid, transportasi, kesemuanya memungkinkan kami dapat mengikuti materi dengan baik dan nyaman. Bahwa ada satu dua kekurangan di sana-sini, saya kira masih dalam batas kewajaran. Bisa dimaklumi. Justru ini mengajarkan pada kita bahwa manusia itu wajib berusaha optimal. Adapun hasilnya kita serahkan pada Allah swt.

Saat outbound juga cukup seru. Kang Zaenal mampu menghidupkan suasana refreshing kami pagi kemarin. Bapak yang tinggal di Kotagede Yogya ini cukup mengocok perut kami. Permainan yang disajikan pun cukup membuka kesadaran kami tentang filosofi manajemen organisasi. “Mengelola persyarikatan kita ini perlu inovasi dan kreasi, maka bicarakan dengan terbuka. Rasio kalangan tua dan angkatan muda harus seimbang agar terjadi dinamisasi,” papar Kang Zaenal.

Acara RTL atau Rencana Tindak Lanjut disajikan dengan baik oleh Pak Dr. Samiyanto dan Pak Junaini. Satu per satu hasil diskusi peserta dibahas oleh Pak Sam. Kajian ibadah harian menjadi prioritas utama program Banyuraden yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat, demikian menurut seorang peserta saat saya tanya hasil akhir RTL.

Bagaimana dengan peserta?
Baitul Arqam ini, hingga H-1, rencananya akan diikuti 70 peserta, dari Bapak Muhammadiyah dan Ibu ‘Aisyiyah. Menjelang pemberangkatan, ada ijin dari Ibu-ibu. Ada tugas kerja, sakit, anak sakit. Ada pula saat sudah bersama kami di Kaliurang, ditelpon keluarganya bahwa Ada saudaranya yang meninggal. Ada yang suaminya harus segera melakukan koordinasi di kampusnya untuk merespon penyebaran covid-19. Saya kira itu semua merupakan faktor di luar kehendak manusia, sehingga kita hanya wajib tawakkal ‘alallah. Semua telah diupayakan sebaik mungkin. Di titik inilah pentingnya kita memiliki konsep yang jelas antara kepasrahan pada Allah dan ikhtiar manusia. Keseimbangan hablum minallah dan hablum minannas .

Itu semua memang bukan hal mudah. Oleh karena itu semangat berbuat baik dan membaikkan diri dan sekitar menjadi penting ditanamkan. “Tolerans boleh, namun penyusunan program persyarikatan butuh ide-ide nakal, dikomunikasikan dengan baik, ” kata Kang Zaenal. Saling menghormati, saling menghargai, saling mendengarkan, saling mendukung saya kira menjadi poin-poin pengembangan yang penting dilakukan dan terus dikaji bersama.

Pengembangan Ranting Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah sebagaimana dipaparkan Pak Ridwan Furqoni saya kira cukup menghentak kesadaran kita untuk bersama membawa ke kondisi Ranting Maju dan Unggul. Bukan sendiri kita berjuang. Kebersamaan itu semestinya kita kaji ulang secara kritis dan konstruktif.

Untuk apakah itu semua kita lakukan?
Agar bermanfaat hidup Kita di dunia. Mati itu adalah sebuah kepastian, hanya kita tidak pernah tahu kapan saatnya. KHA Dahlan pernah berpesan, “Djanganlah kamu berteriak-teriak sanggup membela agama meskipun harus mejumbangkan djiwamu sekalipun. Djiwamu tak usah kamu tawarkan, kalau Tuhan menghendakinja, entah dengan djalan sakit atau tidak, tentu akan mati sendiri. Tapi beranikah kamu menawarkan harta bendamu untuk kepentingan agama?”

Dokter Faesol dalam penutupan Baitul Arqam menyampaikan apresiasinya. Saya sendiri salut dengan kehadiran beliau. Beliau ikut survey sebelumnya, rapat-rapat hingga persiapan terakhir. Sempat ijin waktu pemberangkatan karena ibundanya di Brebes sakit. Dalam penutupan itu beliau juga menyampaikan pesan kewaspadaan kita pada penyebaran covid-19. Mencuci tangan yang bersih dan pola hidup bersih dan sehat penting lebih kita tingkatkan.

Dari proses itu semua saya belajar bahwa denyut nadi persyarikatan dan pembinaan anggota Muhammadiyah ‘Aisyiyah itu memang di ranting. Saya kira, sudah saatnya segenap unsur Pimpinan Amal Usaha dan kepemimpinan Muhammadiyah ‘Aisyiyah di Daerah, Cabang dan Ranting di kabupaten Sleman ini melakukan sinergi, koordinasi, sinkronisasi program AIK (Al-Islam Kemuhammadiyahan)-nya. Untuk apa? Agar kita dapat bersama memajukan dan mengembangkan Muhammadiyah ‘Aisyiyah dengan kegiatan yang terprogram, terarah dan terukur. Agar pada saatnya kita dapat menghadap Allah swt dalam keadaan husnul khatimah, amin.[]

Kanoman, 16 Maret 2020

Sri Lestari Linawati akrab disapa Mbak Lina atau Bu Lina. Peserta dan panitia Baitul Arqam Banyuraden ini adalah pegiat literasi, penggagas dan pengelola BirruNA “PAUD Berbasis Alam dan Komunitas”, Dosen UNISA Yogyakarta.

Ranting itu Penting

“Tok tok tok…”

Terdengar pintu depan rumah saya diketuk. Segera saya menuju depan. Ternyata Mbak Martini tetangga depan rumah mengantarkan undangan peserta Baitul Arqom Muhammadiyah ‘Aisyiyah Banyuraden. “Bu Wijayanti mengantar ke rumah saya,” kata Mbak Martini. Segera saya merespon, “Oya, Mbak, terima kasih.” Bu Wijayanti adalah ketua Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah Banyuraden. Sehari-hari aktivitas utama beliau adalah kepala perpustakaan SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Dari Bu Wijayanti saya banyak belajar tentang kehidupan bermuhammadiyah dan ber’aisyiyah di ranting. Di ranting itu berbeda dinamikanya dengan pusat. Berbeda pula dengan kehidupan kampus.

Di pusat, kiprahnya lebih banyak ke factor kebijakan dan koordinatif. Adapun kehidupan bermuhammadiyah di kampus, programnya sudah ada pos anggaran. Bagaimana dengan ranting? Di ranting itu lebih banyak ke amalan hidup sehari-hari. Dananya beberapa mengajukan proposal, namun selebihnya adalah iuran anggota. Urunan. Kita yang usul, kita menyusun program, kita harus siap pula mendanai program. Asyik kan?

Lalu bagaimana dengan undangan Baitul Arqom Ranting?

Mungkin saya orang yang paling bahagia dengan terlaksananya Baitul Arqom ini. Sebabnya? Sederhana saja. Karena awalnya saya termasuk orang yang harus bertanggung jawab penuh. Waktu itu khusus untuk ibu-ibu ‘Aisyiyah Ranting. Karena kesibukan kampus, program ranting ini tertunda selalu. Hampir putus asa. Malu rasanya akan datang pertemuan rutin Ranting tiap bulan. Pengajian rutin pun rasanya enggan hadir karena masih punya utang Baitul Arqom. Namun Bu Wijayanti selalu menyemangati saya. Beliau memaklumi aktifitas saya. “Tidak apa-apa. Kita fikirkan bersama,” begitu support Bu Ketua selalu.

Kabar terbaru adalah bahwa pelaksanaan Baitul Arqom digabung dengan bapak-bapak Pimpinan Ranting Muhammadiyah Banyuraden. Alhamdulillah.. “Sudah gabung dengan bapak-bapak kok, Bu, jadi kita tinggal ngikut saja. Besok kita rapat bersama,” kata Bu Ketua. Lega hati ini mendengarnya.

Bakda isya’ waktu itu diselenggarakan rapat bersama antara ranting Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah bertempat di masjid Mujahidin Cokrowijayan. Maksud hati hadir, namun persiapan ujian OSCIE baru kelar jam 22.00. Karena tempat saya mencetak bahan ujian dekat dengan masjid Mujahidin, saya coba sejenak mampir. Ternyata rapat baru saja diakhiri. Dengan sabar pula Bu Ketua menjelaskan hasil rapat malam itu, sambil menyajikan sepiring siomay untuk saya dan segelas teh hangat. Beginilah rapat ala ranting. Yang ketempatan rapat itulah yang menyajikan hidangan. Saya melihat bagaimana tiap anggota berlomba-lomba dalam kebaikan. Semua ingin memberi.

Sebelumnya, di lingkup ‘Aisyiyah Ranting Banyuraden telah dilangsungkan rapat persiapan ini di rumah Bu Zuliani Rusida yang biasa disapa Bu Kholiq. Beliau adalah Ketua Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah Gamping yang sebelumnya beliau menjabat sebagai Ketua Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah Banyuraden. Rapat biasanya berlangsung sejak bakda isya’ hingga jam 22.00. Maklumlah bila siang hari kami semua bekerja. Hanya bisa bertemu di malam hari. Beda dengan kampus kan? Kampus akan mengadakan persiapan hingga malam hari hanya bila ada perhelatan tertentu, misal akreditasi, atau Tanwir ‘Aisyiyah. Selebihnya kita menyiapkannya di jam kantor.

Diskusi Ranting ‘Aisyiyah berikutnya diselenggarakan pada pertemuan rutin bulanan yang bertempat di TK ABA Dukuh II Somodaran. Dari proses ini saya melihat pertumbuhan kehidupan ranting yang berlangsung perlahan namun pasti. Program kami sebelumnya yang baru usai adalah Pentas Kreativitas dan Santunan Anak Yatim dan Dhuafa.

Apakah baru kali ini ikut Baitul Arqom?

Nggak juga sih. Pernah ikut baik di IPM maupun Baitul Arqom yang wajib diikuti di kampus. Mengelola Baitul Arqom dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa adalah ketugasan kami di kampus. Trus kenapa mau ikut sebagai peserta?

Asyik saja..

Saya sangat menikmati proses persiapan Baitul Arqom ini, dari waktu ke waktu. Kami sering menyebutnya “Be-A”. Kebetulan mas suami juga nggak mempermasalahkan keikutsertaan saya sebagai panitia sekaligus peserta. Anak-anak kami juga sudah memiliki aktivitas masing-masing, jadi tidak masalah bila saya harus pergi semalam mengikuti Be-A ini. Persiapan terakhir yang saya ikuti adalah rapat di rumah dr. H. Ahmad Faesol, Sp. Rad. Beliau adalah direktur Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping. Bu Tika Absari istri beliau yang sehari-hari aktif di kesekretariatan UMY menyiapkan ubo rampe rapat. Berbagai sajian malam beliau siapkan. Ada klengkeng, tahu isi, spon cake, kue lumpur, pisang goring dan segelas teh hangat. Hujan deras yang mengguyur desa kami malam itu seakan tak mengendurkan semangat kami untuk persiapan akhir Be-A.

Alhamdulillah, bersamaan dengan undangan peserta ini kami terima juga manual acara Baitul Arqom PRM PRA Banyuraden. Be-A ini dikelola oleh Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sleman. Acara akan dilangsungkan di Wisma Puas Kaliurang, sesuai dengan harapan ibu-ibu agar acara diselenggarakan di puncak. Acara akan dimulai pada Sabtu, 14 Maret 2020, jam 10.00, kedatangan peserta, hingga Ahad, 15 Maret 2020, jam 15.00 RTL dan Penutupan.

Sebagaimana Be-A lainnya, materi meliputi: Hakikat Islam I “Peran Tauhid dalam Kehidupan” yang akan disampaikan Bapak Harjaka, M.Pd. (Ketua PDM Sleman). Materi kedua adalah “Apa itu Muhammadiyah (MADM)” yang akan disampaikan Bapak Dr. Untung Cahyono, M.Hum. (PWM DIY). Materi ketiga adalah “Tuntunan Ibadah Sesuai Putusan Tarjih” insyaallah disampaikan Bapak Achmad Affandi, M.S.I. (PDM Sleman). Fathul Qulub di akhir sesi akan dipimpin oleh Imam Training.

Shalat lail dilanjutkan shalat shubuh dan kultum menjadi suatu kegiatan yang khas dalam perkaderan Muhammadiyah ‘Aisyiyah. Dengannya kita memahami bahwa bermuhammadiyah ber’aisyiyah itu hakikatnya adalah berislam, maka shalat dan mendekatkan diri kepada Allah adalah hal mutlak yang wajib kita tegakkan.

Dilanjutkan dengan Outbound “Team and Trush Building” oleh Tim Outbound MPK PDM Sleman. Selain olahraga untuk kebugaran kita, gerak di pagi hari ini dikondisikan untuk membangun sebuah tim kerja yang solid.

Setelah istirahat sejenak, bersih diri dan sarapan, dilanjutkan dengan materi keempat tentang “Akhlak Kepemimpinan Muhammadiyah (Menjadi Pemimpin yang STAF)”. Materi ini akan disampaikan oleh Bapak Dr. H. Samiyanto (PCM Gamping). Materi kelima akan disampaikan oleh Bapak Ridwan Furqoni (LPCR PP Muhammadiyah) dengan tema “Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah menuju Ranting Unggul dan Maju”.

Pretest dan posttest adalah agenda tetap perkaderan. Dimulai dengan kontrak belajar, diakhiri dengan RTL atau Rencana Tindak Lanjut. Bismillah.

Siapa yang akan menjadi peserta Be-A ini? Adalah 35 bapak/pemuda dan 35 ibu/pemudi di lingkungan Banyuraden. Tampaknya kegiatan Be-A ini akan menarik karena forum ini menjadi ajang silaturahmi antar peserta. Maklumlah, 19 tahun dari 23 tahun saya tinggal di dusun Kanoman Banyuraden ini saya habiskan untuk focus menangani BirruNA “PAUD Berbasis Alam dan Komunitas”. Enam tahun terakhir saya focus juga di kegiatan perkaderan kampus dan pengembangan kehidupan islami kampus. Karena itulah, pemahaman saya tentang personal Aisyiyah Muhammadiyah di Ranting Banyuraden sangat terbatas. Paling hanya kenal nama dan wajah.

Apa saja perlengkapan yang harus dibawa dan bagaimana teknis keberangkatan ke Kaliurang disampaikan oleh panitia secara tertulis dalam undangan. Kaos pun telah dibuat agar dapat dipakai saat outbound. Perbincangan di grup whatsapp “Paguyuban ‘Aisyiyah Banyuraden” telah mulai ramai. Maklumlah kian mendekati pelaksanaan. Begitu juga grup whatsapp Panitia Baitul Arqom dan grup Peserta Baitul Arqom 14-15 Maret. Poin terakhir surat berbunyi “Wajib menjaga nama baik pribadi dan persyarikatan Muhammadiyah”.

Demikianlah salah satu potret kegiatan ranting Muhammadiyah ‘Aisyiyah. Menunjukkan pada kita semua bahwa ranting itu penting. Semoga cerita ini dapat memberikan gambaran kepada pendatang baru di Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah. Seringkali saya mendapat pertanyaan dari teman-teman, selain bertanya tentang pembuatan KTAM/ KTAA, yaitu “Bagaimana kami harus menjalani kehidupan bermuhammadiyah atau ber’aisyiyah di Ranting?”

Harapan selanjutnya tentu agar di ranting kegiatannya akan semakin gayeng, lebih tertata, terkoordinir dengan baik. Inilah mungkin yang ditanyakan mahasiswa di kelas teori AIK “Apa yang dimaksud dengan mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya?”

Saya pun berbahagia menjalani kehidupan di ranting. Tak kurang sibuknya dengan kehidupan dan aktivitas di pusat atau kampus. Tak berlebihan kiranya saya menjiwainya. Dengan ini, saya sedang bicara dengan mahasiswa saya yang menempuh kuliah praktikum AIK dengan materi “Wiki ‘Aisyiyah”, mereka melakukan kunjungan dan wawancara tentang ketua dan tokoh ‘Aisyiyah Muhammadiyah Ranting, amal usahanya dan juga kegiatannya. Inilah indahnya proses pengajaran. Pengajaran bukan saja sederet kata-kata, namun juga tindak laku perbuatan terhadap apa yang kita sampaikan. Satunya kata dan perbuatan. Semoga ikhtiar ini memotivasi mahasiswa untuk mengetahui Muhammadiyah ‘Aisyiyah, memahaminya dan memberikan inspirasi untuk bergerak lakukan syiar, amin. Wallahu a’lam. []

Banyuraden, Gamping, Sleman, 13 Maret 2020

Sri Lestari Linawati akrap disapa Mbak Lina atau Bu Lina, adalah pegiat literasi, penggagas BirruNA “PAUD Berbasis Alam dan Komunitas”, peneliti pada Pusat Dunia (Pusat Studi Anak Usia Dini dan Keluarga Yogyakarta) dan Dosen UNISA Yogyakarta. Buku solo pertamanya berjudul “Menggerakkan IPMawati”, 1997. Buku solo keduanya berjudul “Bahasa Arab di Mata Santri ABG: Studi Persepsi Pembelajaran Bahasa Arab Siswa SMP Ponpes Modern MBS Yogyakarta”, Mei 2018. Buku antologinya antara lain “Resolusi Menulis” (Mei 2017), “Mendidik Anak di Era Digital” (Oktober 2017), “Virus Emcho” (Desember 2017), “Perempuan Dalam Pusaran Kehidupan” (Maret 2018), “Sahabatku Inspirasiku” (Maret 2018), “Belajar Kehidupan” (Januari 2019), “Literasi di Era Disrupsi” (Juli 2019), “Moderasi Beragama”, “Sejuta Alasan Mencintai Indonesia” dan “Guru Pembelajar” (Januari 2020), “Virus Emcho Melintas Batas Ruang Waktu” (Maret 2020). Lina bisa dihubungi di email sllinawati@gmail.com atau no hp/WA 0812.15.7557.86.

Berhentilah Mengecam Kegelapan

Bahagia diundang hadir dalam pertemuan menggagas upaya solutif pengembangan AIK yang diselenggarakan Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah ini. Acara yang digelar di Kantor PP Muhammadiyah jl Cik Di Tiro Yogyakarta ini berlangsung jam 18.00 wib hingga selesai.

Kebetulan sore ada kelas teori Kemuhammadiyahan Dan Keaisyiyahan dengan Keperawatan semester 4 kelas B. Pertemuan membahas Profil Pimpinan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah. Saya minta mahasiswa menuliskan sebuah artikel tentang satu tokoh Muhammadiyah/ ‘Aisyiyah yang menginspirasi mereka. Menarik. Ada yang menulis tentang Prof. Dr. H. Siti Baroroh Baried yang diabadikan namanya sebagai nama Hall 4 Unisa. Ada yang menulis Prof. Chamamah, Bu Noordjanah Djohantini, Sutan Mansyur, KH Fachrodin, Pak AR Fahruddin, Pak Amien Rais, Buya Syafi’i Ma’arif, Pak Watik, Siti Bariyah, Siti Munjiyah, Kiai Haji Ibrahim, Siti Hayinah, Pak Azhar Basyir, dsb. Artinya, perhatian mereka tidak terkonsentrasi hanya pada KHA Dahlan dan Nyai Siti Walidah saja. Usai perkuliahan, segera saya meluncur ke Cik Di Tiro.

Telah hadir di forum inisiasi S2 Konsentrasi AIK ini antara lain Pak Sayuti, Pak Muh. Samsuddin, Pak Muttaqin, Prof. Sutrisno, Prof. Munir Mulkhan, Kaprodi Sekprodi S2 AIK UAD Dan UMY, Pak Miftah, Pak Iwan, saya, Ketua dan Sekretaris Majelis Dikdasmen DIY, Dan undangan lainnya.

Apa latar belakang acara ini?
Ada banyak keluhan. Hentikan keluhan. Jangan mengecam kegelapan. Hentikan segera! Mari buka S2 AIK. Dosen AIK butuh kualifikasi S2. Punya kompetensi. Ada anak SD disuruh menghafal tujuan Aisyiyah. Problem tidak saja di pendidikan tinggi. Buku mas Robby sudah sangat kuat sebagai landasan filosofis. Demikian penjelasan Pak Sayuti.

Mengapa ngundang ALAIK?
Perkumpulan ini, Asosiasi Lembaga AIK PTMA, yang mengkoordinasikan Lembaga AIK di PTMA Dan para dosen AIK. UAD sudah menyiapkan S2. Nanti S3 Konsentrasi AIK juga.. Syekh Munir Mulkhan dihadirkan untuk menguatkan tujuan Kita.

Respon?

Prof Sutrisno menyampaikan Hal Kebijakan. AIK biasanya terhenti pada persoalan formalitas. Ekonomi misalnya. Andai Ada dosen terbaik. Jangan selamanya terhenti pada formalitas. Mari berbenah diri. Kembali ke tadi, kurikulum. Bagaimana agar menjadi gerakan masif? Perlu diupayakan.

Bagaimana tanggapan Prof.Munir Mulkhan?

Menurut tokoh Muhammadiyah asal Jember yang kemudian sempat merantau ke Lampung ini sebagai berikut. “Kebetulan saya tidak ikut di Malang. Menurut saya, orientasi bukan hanya pada mahasiswa saja, namun PTM juga. Pendidikan, lebih khusus perguruan tinggi, maka harus memberi warna di PTM itu. Karenanya perlu orientasi pembelajaran. Jangan cuma cerita sejarah, kelembagaan. Kuno. Harus bisa memberi pemaknaan mengapa Muhammadiyah berdiri.

Prof Munir melanjutkan. Berdirinya Muhammadiyah dan majelis-majelis, filosofinya apa. Agar Kita bisa buat maping. Pola di daerah minoritas seperti apa. Sosiologi, antropologi. Ilmu lain diperlukan juga. Selalu muncul dari bawah. Ini lho cara ‘ngrembokokan’ Muhammadiyah.

Kesaksian dokter Soetomo. Terkonfirmasi dg jumlah anggota. Sy cek. sejak tahun 1912 anggota Kita belum ada 1 jt. Membuat orang Kristen Katolik lebih manusiawi. Ini yang saya sebut virus Muhammadiyah.

Demikian diantara diskusi Inisiasi Program S2 Konsentrasi AIK bersama Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah. Ada sebuah tantangan menarik yang perlu kita fikirkan dalam hal pengembangan AIK ini, baik di perguruan tinggi maupun di pendidikan dasar Dan menengah. Tentu, saya hanyalah secuil bagian tersebut. Saya ingat pesan Pak Amien Rais kala itu, sekitar tahun 90-an, “Teruslah lakukan sesuatu untuk kemajuan bangsa ini..”

Saya kira pesan itu selaras dengan pesan Al-Qur’an bahwa “Lakukanlah kebajikan walau hanya sebesar biji sawi..” Ada pula ayat “Betapapun hanya sebesar biji sawi, Allah pasti akan membalasnya.”

Omong-omong nih, apa sih hakikat kita berMuhammadiyah?

Yaitu agar Kita mampu berbuat baik, punya inisiatif kuat untuk selalu melakukan kebaikan dan kebajikan. Tantangan dan kemajuan jaman perlu kita apresiasi secara positif. Terus tebarkan salam. Kampung akhirat senantiasa kita dambakan. []

Yogyakarta, 12 Maret 2020

Sri Lestari Linawati adalah pegiat literasi, penggagas BirruNA “PAUD Berbasis Alam dan Komunitas”, peneliti pada Pusat Dunia (Pusat Studi Anak Usia Dini dan Keluarga Yogyakarta), Dosen UNISA Yogyakarta. Perempuan yang akrab disapa “Lina” ini adalah salah satu pengurus ALAIK PTMA, juga ikut ‘nguri-uri’ ‘Aisyiyah Center UNISA Yogya. Bu Lina bisa dihubungi di email sllinawati@gmail.com atau no hp 0812.15.7557.86.