Pilih Laman

Kenakalan Remaja dan Pentingnya Ketahanan Keluarga

Remaja merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk kepada periode perkembangan manusia yang berada di antara masa anak-anak dan dewasa. Erik Erikson (1994) , menyampaikan bahw remaja adalah periode “identity crisis” , rentang usia yang memiliki kondisi dalam mencari identitas pribadi mereka dengan dihadapkan pada berbagai pertanyaan tentang siapa mereka, apa yang mereka inginkan dalam hidup, dan bagaimana mereka memandang diri mereka dalam masyarakat dll. American Academy of Pediatrics (2001) memberikan pengertian bahwa remaja adalah individu dengan rentan usia  antara 11 hingga 21 tahun. Mereka menganggap masa remaja sebagai periode khusus dalam perkembangan manusia yang memerlukan perhatian khusus dalam berbagai hal berkaitan dengan  kesehatan, fisik dan perkembangan mental anak. Berbagai permasalahan remaja yang saat ini terjadi dilingkungan kita seperti kasus bullying, kekerasan terhadap teman sebaya yang mana dapat berdampak serius terhadap kehilangan nyawa seseorang, vandalisme, klitih, naskoba maupun berbagai kenakalan remaja lainnya yang melanggar hukum tentu memerlukan perhatian khusus terutama keluarga sebagai lingkungan terdepat tumbuh kembangnya. Kenakalan remaja sering kali merupakan tanda adanya masalah yang lebih dalam, termasuk masalah keluarga, masalah kesehatan mental, tekanan lingkungan keluarga dan sosial, masalah teman sebaya, atau pengaruh lingkungan yang negative berdampak pada perubahan perilaku. Kondisi ini tentu memerlukan  berbagai macam upaya baik  pencegahan dan intervensi yang diperlukan untuk membantu remaja mengatasi perilaku-perilaku negative yang muncul. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah penguatan ketahanan keluarga.

Peran keluarga

Ketahanan keluarga merupakan salah satu isu tematik pembangunan Nasional saat ini dimana keluarga memiliki posisi penting untuk penguatan berbagai aspek kehidupan. Ketahanan keluarga dipandang sebagai suatu unit terkecil yang mampu untuk melakukan pengelolaan masalah yang dihadapi oleh anggota keluarganya. Lebih lanjut penguatan ketahanan keluarga juga merupakan salah satu aspek penting bagi terciptanya keluarga yang sejahtera yang diperlihatkan melalui berbagai macam dimensi antara lain : Landasan legalitas dan keutuhan Keluarga, Ketahanan fisik, Ketahanan ekonomi, Ketahanan sosial psikologi dan Ketahanan sosial budaya. Pentingnya posisi keluarga dalam berbagai aspek kehidupan menjadi penting untuk dapat menciptakan ketahanan keluarga. Ketahanan keluarga yang kuat dapat berperan dalam pencegahan masalah sosial seperti kenakalan remaja. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menciptakan penguatan ketahanan keluarga antara lain :

  • Adanya keseimbangan peran masing-masing anggota keluarga. Keseimbangan peran ini penting dilakukan tidak hanya peran orang tua tetapi anggota lain didalam lingkungan keluarga. Peran yang dijalankan akan berbeda sesuai dengan posisi dan kapasitasnya dalam keluarga, tetapi peran yang kemudian diwujudkan harus didasarkan pada kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi potensi masing-masing anggota keluarga.
  • Komunikasi. Membangun komunikasi yang efektif dalam keluarga adalah kunci untuk memahami kebutuhan dan perasaan setiap anggota keluarga. Kemampuan keluarga dalam berkomunikasi akan mampu menjadikan setiap anggota keluarga menyampaikan berbagai hal yang dirasakannya. Dengan berkomunikasi secara terbuka maka permasalahan yang dihadapi anggota keluarga akan lebih dapat diatasi.
  • Pemberdayaan keluarga. Pemberdayaan keluarga merupakan kegiatan yang mendorong setiap anggota keluarga untuk mengambil inisiatif, mengembangkan keterampilan, dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan keluarga. Kegiatan ini juga dapat meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab didalam keluarga.
  • Adanya ruang berkegiatan bersama. Melibatkan keluarga dalam kegiatan bersama akan menguatkan peran masing-masing anggota keluarga serta meningkatkan hubungan kedekatan diantara anggota keluarga.

Perwujudan ketahanan keluarga tidak hanya dapat dilakukan oleh keluarga itu sendiri tetapi penting bagi pemerintah, organisasi sosial, kelompok masyarakat untuk mampu bersinergi dalam mewujudkan penguatan ketahanan keluarga sebagai langkah dalam pencegahan berbagai masalah sosial. Berbagai program juga dapat dilakukan seperti penguatan program pendidikan baik formal maupun informal, dukungan ekonomi melalui pemberdayaan, dukungan konseling, dan dukungan sumber daya lainnya yang membantu keluarga untuk mengatasi tantangan, stabilitas dalam mewujudkan kesejahteraan. Dengan memperkuat ketahanan keluarga juga dapat memperkuat kelompok sosial masyarakat sehingga mampu mengatasi tantangan ekonomi, sosial, dan dinamika lingkungan lainnya.

Gizi Seimbang  di Tengah Polusi

Akhir-akhir ini, baik media lokal maupun asing menyoroti polusi udara di Indonesia. Di tahun 2020,  hasil Air Quality Life Index (AQLI)  menyatakan bahwa Indonesia masuk dalam 10 besar negara yang memiliki pencemaran paling tinggi di dunia. Data terbaru dari riset tersebut menyatakan bahwa  hampir seluruh penduduk Indonesia tinggal di wilayah dengan tingkat rata-rata  konsentrasi materi partikulat (PM) per tahun melebihi standar WHO. Polutan lain dapat berasal dari Ozon (O3), Sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), Karbon monoksida (CO), serta timbal.  Hal ini menggambarkan bahwa kita tidak hanya menghirup oksigen, namun juga  menghirup barang  berbahaya yang tak kasat mata.

Partikulat sangat kecil, bisa berbentuk debu, asap jelaga dan kotoran yang terbentuk dari emisi pembakaran bensin, minyak, bahan bakar dan kayu. Selain itu, sumber polutan juga ditemukan di tempat pembangunan, pembuangan sampah, pertanian, kebakaran hutan. Bahan tersebut terhirup melalui hidung menuju ke paru-paru. Polutan udara yang terhirup dapat mengiritasi saluran pernapasan dan menyebabkan sesak nafas, batuk, mengi, serangan asma serta nyeri dada. Paparan polusi yang terus menerus juga meningkatkan risiko penyakit kronis seperti Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), Serangan Jantung, Stroke dan kematian dini. Polusi udara  juga dapat menurunkan fungsi kognitif dan dimensia/pikun pada lansia. Data dari AQLI juga menyebutkan bahwa polusi berbahan materi partikulat dapat menurunkan usia  harapan hidup (UHH) 1,4 tahun pada usia rata-rata penduduk Indonesia. Di lain pihak, UHH pada penyakit diabetes dan infeksi ginjal yang merupakan beban kesehatan Indonesia   lebih rendah dibandang efek dari polusi udara, 1,2 tahun.

Mencegah meningkatnya polusi udara tentu diperlukan tatanan dan kebijakan yang sistematis baik pemerintah hingga warga Masyarakat. Pengurangan polusi dapat memberikan dampak yang positif bagi kesehatan serta meningkatkan usia harapan hidup. Apakah pola makan turut memberikan kontribusi pencegahan penyakit karena polusi? Tentu saja jawabnnya benar sekali.

Pajanan polutan dapat menimbulkan perubahan molekul dalam tubuh dan perjalanan/ pathogenesis penyakit karena stress oksidatif. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa gen  yang terlibat dalam stress oksidatif memiliki kerentanan terhadap Ozon, sehingga berpotensi terhdap perkembangan asma. Konsumsi suplemen antioksidan dapat memberikan perlindungan terhadap paparan. Bahan polutan merupakan sumber  radikal bebas. Jika radikal bebas jumlahnya lebih tinggi dari antioksidn dalam tubuh, terbentuklah stress oksidatif. Analoginya,  radikal bebas adalah suatu zat yang hidupnya harus memiliki pasangan agar berfungsi baik, pasangannya adalah antioksidan. Jika sendirian tanpa memiliki pasangan akan menimbulkan efek berbahaya. Jumlah radikal bebas yang tinggi dan tidak diimbangi dengan konsumsi antioksidan yang cukup dapat terbentuk stress oksidatif. Oleh karena itu makanan sumber antioksidan diperlukan untuk pencegahan stress oksidatif. Selain antioksidan, makanan dengan sumber protein  dan lemak yang baik akan meningkatkan sistem imun dalam tubuh dalam mencegah terjadinya peradangan/inflamasi.

Pengaturan makan dengan gizi seimbang memiliki beragam manfaat  sebagai sumber energi, mempertahankan sistem kekebalan tubuh, memperbaiki sel yang rusak  dan proses perkembangan tubuh. Isi-Piringku yang menggambarkan porsi untuk makanan pokok, lauk nabati, lauk hewani serta sayuran dan buah, telah didesain untuk menunjang hidup yang sehat. Porsi sayuran dan buah setengah dari isi piring sednagkan separuh sisanya adalah makanan pokok dan lauk pauk. Dalam sehari, jumlah konsumsi makanan pokok adalah 3-4 porsi, sayuran 3-4 porsi, buah sebanyak 2-3 porsi serta  lauk nabati dan hewani 2-3 porsi. Isi piringku juga menekankan untuk membatasi konsumsi gula, garam dan minyak. Sayuran, buah, kacang-kacangan, ikan juga merupakan contoh makanan kaya antioksidan, tidak meningkatkan produksi radikal bebas sehingga memiliki manfaat sebagai anti peradangan/anti inflamasi. Sumber lemak baik omega 3 akan menurunkan respon peradangan. Begitupula kandungan vitamin C, E dan polifenol dapat meningkatkan peran antioksidan dalam tubuh.  Sebaliknya makanan yang tinggi lemak, tinggi karbohidrat sederhana (gula) dan makanan cepat saji merupakan contoh makanan pro inflammatory. Lemak jenis trans pada sumber lemak jahat dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat. Konsumsi gula sederhana yang berlebihan akan menyebabkan hiperglikemia, stress oksidatif dan meningkatkan inflamasi pada tubuh.

Kesehatan Jiwa Mahasiswa Penting Untuk Dijaga

Maraknya kasus bullying, kekerasan, dan bunuh diri yang dilakukan oleh mahasiswa di Indonesia akhir–akhir ini membuat prihatin dan miris. Hal ini juga menjadi perbincangan hangat masyarakat. Dalam setengah tahun terakhir (Juni-Juli 2023) data dari POLRI menyebutkan bahwa tercatat sebanyak 640 kasus  bunuh diri yang ada. Periode yang sama di tahun sebelumnya tercatat 486 kasus terjadi. Artinya Indonesia mengalami 31,7 % kenaikan kasus bunuh diri dengan puncak kenaikan pada bulan Juni 2023. Sedangkan Asosiasi Bunuh Diri Indonesia menyebutkan bahwa Indonesia darurat kasus bunuh diri dengan kenaikan sebesar 303% sejak tahun 2020. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh berbagai faktor; diantaranya yaitu faktor adaptasi, genetika, keluarga, pertemanan, gaya hidup, sosial, dan berbagai faktor lainnya. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi mahasiswa secara positif maupun negatif. Akan tetapi, masih banyak mahasiswa yang tidak menyadari dampak positif dan negatif yang ditimbulkan dari faktor-faktor tersebut sehingga mereka lupa akan kesehatan mental mereka. Mereka lupa untuk berfokus pada kesehatan jiwa mereka karena mereka hanya berfokus pada tugas, organisasi, jadwal kuliah, serta tuntutan-tuntutan yang diterima dari orang-orang di sekitarnya dalam pemaknaan diri mereka. Regulasi diri dalam belajar yang baik akan membantu mahasiswa untuk memenuhi tuntutan-tuntutan yang dihadapinya. Regulasi diri adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kontrol terhadap emosi dan perilakunya di situasi apapun secara mandiri.

Masalah kesehatan jiwa di Indonesia pada masa ini masih tergolong sangat tinggi, terutama pada kalangan remaja. Mahasiswa adalah bagian dari remaja. Di periode ini, mereka masih memiliki emosi yang tidak stabil dan belum memiliki kemampuan yang baik untuk memecahkan masalah yang ada. Selain itu, adanya ego aku sebagai bagian dari pencarian jati diri menjadi salah satu faktor yang ikut bertanggungjawab terhadap masalah kesehatan jiwa di kalangan remaja. Sebab dalih pencarian jati diri membuat remaja sering kurang mempertimbangkan resiko dari pilihan yang mereka lakukan dalam mencari siapa aku dan menunjukkan akunya. Masa remaja merupakan masa dimana mereka sering mengalami stres terutama pada peristiwa-peristiwa tertentu dalam hidup mereka. Remaja dianggap sebagai golongan yang rentan untuk mengalami gangguan jiwa. Oleh karena itu, remaja perlu untuk mendapatkan perhatian lebih karena remaja merupakan aset negara dan generasi penerus bangsa.

Kesehatan jiwa memiliki peranan yang sangat penting bagi mahasiswa baru untuk beradaptasi dengan lingkungan perkuliahannya yang baru. Tentunya kehidupan di lingkungan kampus dan sekolah jauh berbeda. Mahasiswa baru akan menemukan berbagai macam pergaulan yang sangat beragam serta akan menemukan metode pembelajaran yang berbeda dibanding masa sekolah. Oleh karena itu, secara tidak langsung mahasiswa baru dituntut untuk bisa beradaptasi terhadap lingkungan barunya. Selain mahasiswa baru, mahasiswa lama pun mengalami beberapa dampak yang diakibatkan oleh kuliah daring, terutama bagi mahasiswa yang mengikuti organisasi. Dengan adanya kuliah daring, maka secara otomatis tugas-tugas perkuliahan pun akan semakin banyak. Dan sekarang, mereka perlu menyesuaikan diri kembali dengan model pembelajaran yang menuntut kehadiran mereka di kelas. Tentu ini juga akan menyita energi, emosi, tenaga, dan membutuhkan manajemen diri yang seimbang.

Namun sayangnya, banyak mahasiswa yang tidak peduli dengan kesehatan mental mereka. Mahasiswa tergolong masih pada usia yang belum memiliki kemampuan untuk mengendalikan emosi. Bahkan terkadang terdapat mahasiswa yang tidak memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah karena adanya kebiasaan yang dibawa dari rumah atau pola asuh yang membuat remaja menjadi pribadi bergantung. Sejalan dengan karakteristik dari generasi-Z yang mudah dalam mendapatkan keinginan sebagai bagian dari gaya hdup instan dan modern. Sehingga pola berperilaku sabar, menunggu proses dan menerima apa yang terjadi sebagai bagian dari pembelajaran dalam hidup menjadi sebuah PR besar di kalangan generasi Z. Berkaitan dengan ini mahasiswa membutuhkan kesehatan mental yang baik supaya mampu mengendalikan emosi dan memecahkan setiap masalah yang mereka hadapi. Salah satu cara untuk menjaga kesehatan jiwa adalah dengan menjaga pola hidup. Perlu menjaga pola makan, pola tidur, dan olahraga yang cukup. Hal yang tak kalah pentngnya adalah menjaga pola manajemen diri dalam menghadapi krisis dan maslaah hidup sehari-hari sebagai bagian dari proses bertumbuh layaknya fisik yang perlu asupan dan gizi. Demikian juga dengan kondisi jiwa, ia juga memerlukan asupan bergizi agar dapat tumbuh dengan mindset dengan kepribadian sehat. Sebab Kesehatan jiwa sama pentingnya dengan Kesehatan fisik.

            Selain itu, di tengah banyaknya tugas dan mengikuti berbagai organisasi, mahasiswa sering mengalami kesulitan dalam magemen waktu dan diri. Seringkali hanya karena tugas dan banyaknya aktivitas membuat mahasiswa justru merasa berat menjalani hari-hari yang kemudian berakhir dengan keputusasaan dan akhirnya mulai menarik diri, merasa masalah tak kunjung selesai, hingga mengalami kecemasan dan berakhir dengan jalan pintas  mulai dari memikirkan ide bunuh diri, percobaan bunuh diri, hingga memutuskan untuk bunuh diri. Sebenarnya orang yang melakukan bunuh diri bukan ingin menghilangkan nyawa dirinya namun ingin menyelesaikan masalahnya. Ia merasa dengan mengakhiri nyawa maka berakhir juga masalah hidupnya. Lingkungan sekitar juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa mahasiswa. Oleh karena itu, mahasiswa perlu menciptakan lingkungan dan relasi yang positif. Relasi yang mendukung dan saling peduli akan membuat mahasiswa merasa tentram sehingga akan menjaga kesehatan mental mereka. Menjadi mahasiswa harus tangguh dan mandiri. Saling peduli dan meningkatkan rasa empati satu sama lain. Sehingga akan tercipta lingkungan yang baik untuk kesehatan mental. Terlebih bagi mereka yang hidup kos jauh dari sanak saudara, tentu ini akan menjadi tambahan amunisi bagi tumbuhnya jiwa yang sehat.

Data yang dirilis oleh LDP MCCC PP Muhammadiyah (Layanan Dukungan Psikososial Muhammadiyah Covid-19 Command Center) dari kurun waktu Maret 2020 – Agustus 2021 menyebutkan bahwa dari sekitar 865 kasus yang masuk dan melakukan konsultasi online, terdapat sekitar 170 kasus dengan ide bunuh diri dan 56  diantaranya sudah melakukan u paya bunuh diri termasuk diantaranya WNA yang berstatus sebagai mahasiswa di salah satu PT di Indonesia. Data terbaru yang dirilis oleh WHO saat pandemi COVID-19, menunjukkan adanya penambahan kasus gangguan kesehatan jiwa secara signifikan di sejumlah negara. Menurut data dari situs resmi WHO, mereka melakukan survei di 130 negara. Hasilnya, ada dampak buruk Covid-19 pada akses layanan kesehatan mental. Hasil survei WHO menyatakan lebih dari 60% melaporkan gangguan layanan kesehatan mental bagi orang-orang yang rentan, termasuk anak-anak dan remaja (70%); orang dewasa yang lebih tua (70%), dan wanita yang membutuhkan layanan antenatal atau postnatal (61%). Sekitar 75% negara melaporkan setidaknya sebagian gangguan terjadi di sekolah (78%), dan tempat kerja layanan kesehatan mental (75%). Betapa ini menjadi PR kita bersama untuk lebih peduli, melakukan sesuatu baik untuk diri dan keluarga kita maupun orang lain di sekitar kita yang ikut menjadi tanggung jawab kita bersama. Kita juga punya tanggung jawab bersama untuk menurunkan angka ertambahan bunuh diri yang semakin mengkhawatirkan. Terutama kita sebagai bagian dari komunitas PT di lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta, kita ada di daerah rentan bunuh diri, yang tentunya perlu menjadi alarm bagi kita untuk bersama mencegah aksi bunuh diri.

Mari bergandengan tangan bersama. Sebagaimana kita mengetahui dampak yang diberikan oleh perubahan kesehatan mental yang sangat patut diwaspadai. Beberapa tips ini mungkin bisa membantu untuk mengurangi permasalahn kesehatan jiwa baik secara individu maupun kelompok.

Dalam menjaga Kesehatan jiwa kita memerlukan resiliensi. Resiliensi adalah daya tahan kita terhadap stres. Ada 4 kunci penjaga resiliensi kita yaitu Iam, “I have, I can dan I do”.

  1. I AM maknanya adalah kita mengerti, memahami apa saja kelebihan dan kekurangan diri kita, kita tahu kekuatan dan kelemahan kita, kita paham jika terjadi sesuatu terhadap diri saya seperti ini maka itu berarti saya perlu bagaimana. Mereka yang kuat dalam I am akan dapat mengelola masalahnya dengan kekuatan dirinya. Namun terkadang, kita merasa bahwa diri kita terlalu banyak mendapat masalah yang berat pada saat bersamaan, sehingga kita perlu penopang lain untuk membantu kita bertahan. Maka kita memerlukan kunci resiliensi kedua yaitu I HAVE.
  2. I HAVE maknanya adalah saya punya. Saya punya siapa? Secara pendekatan spiritual, ketahui hal mana saja yang dapat kita kendalikan dan tidak dapat kita kendalikan. Dengan mengetahui hal tersebut dan selalu bersandar kepada Sang Maha Kuasa membuat hati lebih tenang. Namun kadang saat kita dalam kondisi tertekan oleh masalah, kita perlu fignr lanagsung yang nyata dapat kita lihat dan kita ajak berkomunikasi face to face dengan bahasa yang kita pahami. Sehingga saya punya bisa dimaknai dengan support system; keluarga, teman, komunitas atau dosen dan orang-orang di sekitar yang dapat mmeberikan dukungan dan menerima kondisi kita, senantiasa hadir saat kita perlukan. Jika dalam kondisi tertentu kita memerlukan hal yang lebih dalam dan serius, maka support system dapat diartikan sebagai tenaga profesional.
  3. Selanjutnya adalah I CAN; I can adalah satu motivasi yang kita perlukan untuk membuat kita bersemangat. Ia seperti petunjuk kita untuk mencapai masa depan kita, yang dapat berupa harapan, cita dan angan untuk maju. Kita perlu memiliki harapan dan cita-cita di dalam pikiran kita untuk membuat kita merasa bahwa kita akan selalu bersemangat menyambut hari esok. Namun I can saja tidak cukup karena mimpi dan cita-cita mesti kita lakukan karenanya kunci keempat resiliensi adalah I DO.
  4. I DO adalah lakukan sesuatu untuk setiap angan cita harapan dan mimpi kita.  Sebagai seorang mahasiswa yang bermimpi lulus tepat waktu, dengan jumlah IPK tertentu, tentu membutuhkan aksi atau pelaksanaan. Maka pelaksanaan tersebut dapat berupa; berangkat kuliah, mengikuti kuliah dengan baik dan mengerjakan tugas serta mengerjakan ujian dengan maksimal menjadi bagian dari usaha bertumbuh amenyehatkan jiwa. Salah satu hal lainnya yang dapat dilakukan adalah menjaga kesehatan fisik kita dengan olahraga teratur, usahakan untuk melakukan olahraga tiap harinya sesuai dengan kebutuhan tubuh masing masing. Berolahraga terbukti menurunkan jumlah hormon kortisol yang menjadi pemicu stres dalam tubuh.

Penting bagi kita semua untuk sama sama menyadari bahwa menjadi Mahasiswa yang tangguh dan sehat jiwa mutlak adanyas. Sebab mahasiswa adalah garda depan bangsa menyongsong masa depan Indonesia. Di tangan merekalah kemajuan bangs aini di masa depan dititipkan. Saatnya satu sama lain saling peduli dan meningkatkan rasa empati. Dengan beberapa cara di atas besar harapannya bisa membantu untuk tetap menjaga kondisi kesehatan jiwa Mahasiswa.

UNISA Jogja Menerima Kunjungan Monev PKKM Tahun Anggaran 2023

Universitas `Aisyiyah Yogyakarta (UNISA) telah memulai proses kunjungan Monitoring dan Evaluasi (Monev) terhadap dana Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) yang diterima dalam tahun anggaran 2023. Langkah ini diambil untuk memastikan penggunaan dana tersebut sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia.

Rektor UNISA Yogyakarta, Dr. Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat. mengatakan bahwa penerimaan dana hibah PKKM akan terus mendorong komitmen Universitas dalam pelaksanaan Program Kampus Merdeka.

“Kami berkomitmen untuk menjalankan PKKM dengan baik dan efisien, dan kami akan melakukan Monev internal untuk memastikan dana ini digunakan secara tepat,” kata Warsiti.

Tim Monitoring dan Evaluasi (Monev) terdiri dari 6 evaluator, yaitu Prof. Dr. Junedi Muhidong, MSc., Irena Yolanita Maureen, S.Pd., M.Sc., Dr. Andi Dharmawan, S.Si., M.Cs., Erlia Narulita, S.Pd., M.Si., Heneria Thyar Prasetyani, S.Pd. dan Waluyo Basuki, S.T.

Kunjungan Monev ini dilaksanakan pada, Selasa (10/10) di ruang sidang gedung Siti Moendjijah kampus UNISA Jogja. Tim Monev bekerja sama dengan berbagai fakultas dan unit-unit akademik lainnya di UNISA Jogja untuk mengidentifikasi pencapaian, hambatan, dan potensi perbaikan dalam pelaksanaan program PKKM tahun anggaran 2023.

Kemendikbud Republik Indonesia telah memberikan dana PKKM sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia. UNISA Jogja berusaha untuk memastikan bahwa dana ini memberikan dampak positif dalam pengembangan sumber daya manusia yang kompeten dan berdaya saing di masa depan. Dalam acara penutupan kegiatan monev Wakil Rektor I Taufiqur Rahman, Ph.D menyampaikan harapanya dengan kegiatan monev ini UNISA Jogja dapat lebih efektif dan efisien dalam menjalankan program PKKM, yang akan memberikan manfaat maksimal bagi mahasiswa dan pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia.

97 Mahasiswa UNISA Jogja Mendapatkan Beasiswa Program JPS Pemkab Sleman

Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta menghadiri acara penyerahan beasiswa Program Jaring Pengaman Sosial (JPS) kepada mahasiswa terpilih dari kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman.

Penyerahan beasiswa ini digelar di pendopo Parasamya Sleman, Rabu (11/10) dan dihadiri oleh Bupati Sleman Dra. Kustini Sri Purnomo dan Rektor UNISA Yogyakarta, Dr. Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat. beserta jajaranya masing- masing. Sebanyak 97 mahasiswa penerima program JPS, berasal dari Kabupaten Sleman dari berbagai program studi yang ada di Unisa Jogja.

Dalam sambutannya, Bupati Sleman menyampaikan bahwa mahasiswa yang mendapatkan beasiswa JPS ini termasuk dalam kategori terpilih, mengingat hanya 200 dari 700 calon mahasiswa yang berhak menerima program ini. Ia menekankan bahwa kecerdasan moral saja tidak cukup, dan mahasiswa yang menerima beasiswa ini diharapkan juga cerdas secara sosial dan spiritual.

“Program JPS ini tidak hanya untuk mengembangkan kapasitas akademik, tetapi juga untuk membentuk karakter yang kuat dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi demi membangun Kabupaten Sleman,” ungkap Kustini.

Bupati Sleman berharap agar para mahasiswa yang menerima beasiswa ini dapat memanfaatkan sebaik mungkin kualitas yang ada di UNISA Jogja. Bupati mengingatkan kepada para mahasiswa agar selalu berkomitmen untuk belajar dan berkembang, tidak hanya sebagai individu yang cerdas, tetapi juga sebagai agen perubahan yang positif dalam masyarakat.

Rektor UNISA Jogja Dr. Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat, juga memberikan sambutan dalam acara tersebut. Rektor menyampaikan harapannya bahwa para mahasiswa yang menerima beasiswa dari Pemkab Sleman akan menjadi manusia yang berkualitas dan berkontribusi dalam membangun dan memajukan Sleman, serta tentunya untuk bangsa Indonesia secara keseluruhan.

“UNISA terus berkomitmen untuk bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Sleman demi mencerdaskan generasi masa depan. Kami berharap kerjasama ini akan memberikan manfaat yang besar bagi perkembangan pendidikan dan pembangunan di Sleman,” ujar Warsiti. Penyerahan beasiswa Program Jaring Pengaman Sosial ini adalah langkah konkret dalam mendukung pendidikan dan pembentukan karakter generasi muda yang berkualitas. Dengan dukungan dari UNISA Yogyakarta dan Pemerintah Kabupaten Sleman, diharapkan mahasiswa penerima beasiswa akan mampu mengembangkan potensi mereka secara maksimal dan menjadi agen perubahan yang positif dalam masyarakat.

Cuaca Panas Indonesia Passive Cooling Alternatif Solusinya

Cuaca panas  Indonesia melanda  sebagian wilayah di Indonesia beberapa hari terakhir ini. Suhu panas  pada siang hari dapat mencapai kisaran 35- 38.0°C jauh melebihi dari batas maksimal kenyamanan suhu di Indonesia yg berkisar antara 22- 26 °C.

Dosen Program Studi Arsitektur Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, Indah Pujiyanti, S.T., M.Sc menyampaikan kondisi panas ekstrem ini tentu saja menyebabkan ketidaknyamanan kita dalam beraktifitas di luar ruangan maupun di dalam ruangan. Kita mungkin bisa saja menggunakan AC untuk menurunkan suhu ruangan, akan tetapi hal tersebut tentu saja memiliki dampak dalam penggunaan energi listrik yang cukup besar dan justru dapat menjadi salah satu penyebab efek pemanasan global. Maka dari itu, sebenarnya ada beberapa alternatif dari teknik passive cooling yang sebenarnya dapat kita terapkan untuk meminimalisir penggunaan AC tersebut. Setidaknya bisa kita terapkan di desain rumah tinggal kita masing- masing.

Solusi Alternatif

Indah menjelaskan bahwa teknik passive cooling merupakan metode pendinginan alami dengan rekayasa desain arsitektur. Beberapa teknik passive cooling yang dapat kita terapkan untuk menurunkan suhu dalam ruangan antara lain dengan teknik ventilatif cooling yaitu mendesain sistem ventilasi silang pada bangunan. ventilasi silang tidak hanya menyediakan ventilasi yang terbuka di dua sisi saja akan tetapi dengan menempatkan lubang-lubang ventilasi  di dua sisi dengan ketinggian yang berbeda hal ini diupayakan untuk mengeluarkan suhu panas dari sisi ventilasi yang lebih tinggi.

Alternatif passive cooling berikutnya adalah dengan rongga udara pada atap bangunan yaitu dengan penggunaan atap limasan/pelana yang tinggi dan hindari penggunaan atap datar, karena pada dasarnya suhu panas akan bergerak ke bagian atas bangunan sehingga suhu panas tidak berada di ketinggian efektif ruang untuk beraktifitas.

Selain ventilative cooling dan pemanfaatan rongga udara, adapula teknik evaporatif cooling yaitu dengan memberikan elemen air  di sekitar bangunan kita sehingga panas matahari yang datang dapat tereduksi oleh air dan suhu yang masuk dalam ruangan akan lebih rendah dari pada suhu luar ruangan.

Teknik passive cooling terakhir yang dapat kita upayakan adalah dengan penghijauan yaitu memperbanyak area hijau dan pepohonan di sekitar rumah sehingga radiasi matahari yang masuk ke dalam ruangan dapat tereduksi dan bayangan dari tajuk pohon dapat memberikan keteduhan dibeberapa bagian rumah. Dengan menerapkan teknik passive cooling yang tepat pada bangunan diharapkan kita masih dapat beraktifitas dengan nyaman ditengah cuaca panas Indonesia yang ekstrem terjadi beberapa hari terakhir ini dan yang paling utama adalah penggunaan energi listrik dalam bangunan dapat diminimalisir seoptimal mungkin.