Pilih Laman

Menulis itu Bertasbih

Workshop Menulis Dua akan diselenggarakan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta pada Kamis, 11 Januari 2018. Bapak M. Husnaini, Pendiri SPN (Sahabat Pena Nusantara), akan hadir mendampingi peserta “Menulis Dari Nol Hingga Terbit Buku”, sebagaimana buku yang telah beliau tulis tersebut.

Workshop Menulis Dua ini diadakan selama lima jam, sejak jam 9 hingga 3 sore, agar peserta dapat praktek langsung kegiatan menulis buku. Kehadiran Pendiri grup penulis SPN tersebut, diharapkan benar-benar dapat mewujudkan mimpi banyak orang untuk menjadikan kegiatan menulis itu mudah, menyenangkan dan menghasilkan karya. Karenanya peserta diminta konfirmasi kehadiran dan mengikuti ketentuan yang berlaku, agar dapat memanfaatkan kesempatan berharga bertemu dengan Sang Penulis, dalam lawatannya ke Indonesia. Kesediaan beliau hadir di antara kesibukannya studi S3 di Universitas Islam Antarbangsa IIUM Malaysia, membuktikan kecintaannya dan kepeduliannya pada dunia tulis-menulis.

Workshop Menulis Dua akan diselenggarakan di kampus 1 UNISA Yogyakarta yang beralamat di Serangan, Ngampilan, Yogyakarta. Berada di belakang Taman Parkir Ngabean, bersebelahan dengan gedung PAY Aisyiyah, Panti Asuhan ‘Aisyiyah. Acara ini akan diikuti oleh 50 peserta yang terdiri dari dosen UNISA, mahasiswa UNISA dan anggota Serikat Taman Pustaka. Serikat Taman Pustaka adalah organisasi bentukan Kopdarnas Literasi yang berlangsung di UMS Surakarta, yaitu organisasi di bawah MPI PP Muhammadiyah yang bergerak di bidang literasi. Unsur Serikat Taman Pustaka terdiri dari Komunitas Literasi, Literasi Sekolah/ FPPTMA, dan MPI. Oleh karena itu, Workshop Menulis Dua yang didukung penuh oleh LPPM dan Wakil Rektor 1 ini merupakan kepedulian UNISA Yogyakarta terhadap tindak lanjut hasil Kopdarnas Literasi di Surakarta.

Semangat acara ini mengingatkan kita pada ayat 41 surat An-Nur “Tidakkah engkau (Muhammad) tahu bahwa kepada Allahlah bertasbih apa yang ada di langit dan di bumi, dan juga burung yang mengembangkan sayapnya. Masing-masing sungguh telah mengetahui cara berdoa dan bertasbih. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan”. Setiap pagi, siang dan petang, kita selalu melihat burung-burung beterbangan. Saat kita jalan pagi, saat belanja di warung tetangga, saat menuju kampus, saat kita tengok keluar dari jendela kampus, saat diskusi di gazebo kampus, saat petang pulang dari kampus. Ya, burung-burung tampak terbang dangan riangnya. Dia kepakkan sayapnya. Itulah tasbih mereka kepada Allah. Menulis, semoga menjadi cara kita berdoa dan bertasbih kepada Allah. Amin.

Profesional Qurani

LPPI UNISA besok pagi akan mempersembahkan Kajian Tematik Integrasi Agama dan Ilmu Pengetahuan dengan menghadirkan penulis buku best seller Ayat-Ayat Semesta, Agus Purwanto, D.Sc. Apa pentingnya acara tersebut bagi dosen Unisa? Ini mengingatkan saya pada sambutan Bu Rektor pada kegiatan refreshing AIK bagi dosen dan pertanyaan yang diajukan oleh Pak Ery Khusnal saat itu.

Satu bulan yang lalu, tepatnya di Hari Guru, seluruh dosen Unisa Yogyakarta mengikuti kegiatan Refreshing Al-Islam dan Kemuhammadiyahan. Acara yang dilangsungkan di Hall 4 Siti Baroroh Baried itu mengangkat tema “Reaktualisasi Nilai-nilai Islam Berkemajuan dalam Peningkatan Kualitas Kinerja dan Layanan”.

Ibu Rektor menyampaikan agar refreshing ini jangan dianggap beban. Informasi di WA itu (grup WA Dosen Unisa, pen) menjadi pegangan tidak hanya di grup tapi aktualisasinya tidak ada. Hari Guru juga berarti Hari Dosen. Jangan hanya terjebak pada rutinitas, pulang pergi, tanpa ada hal lain yang kita harapkan dan kita tuju.

Lebih lanjut Bu Rektor menyampaikan bahwa pendidikan konvensional akan ditinggalkan. “Transfer ilmu bisa saja dengan membaca, namun transfer nilai juga perlu. Mari dengan ringan hati dan ikhlas diikuti. Ini tidak lama, mohon dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Peluruhan kedisiplinan harus dihindari. Bila dibiasakan, hal-hal kecil, maka lama-lama akan ragu. UNISA adalah universitas unggul dan pilihan. Terus terang ini keprihatinan kita bersama. Mari sama-sama melihat apa yang sudah kita lakukan. Bukan hanya mengajar. Mengajar itu super. Scopus, scopus.. sebenarnya tidak hanya itu. Menjaga spiritualitas kita, akhlak kita, itu penting.”

Di sambutan terakhir Bu Rektor mengajak, “Mari bersama-sama ngecas. Kita bagian dari persyarikatan. Unisa bukan hanya tempat cari ma’isyah, lebih penting lagi peran kita sebagai manusia tentunya. Mari berbenah dan memperbaharui, dengan inovasi menghasilkan yang unggul, nilai spiritualitas yang tinggi, dalam bertindak dan berkata. Kita kembali merecharge, merevitalisasi, kebijakan yang ada di persyarikatan, juga niatan utk memperbaharui diri kita masing-masing.

Adapun pertanyaan Pak Ery Khusnal, waktu itu diajukan kepada narasumber, Bu Susilaningsih. “Semua ilmu yang bersumber dari barat adalah sekuler. Teks semua barat. Di UNISA mau seperti apa? Caranya bagaimana ? Yang terjadi kini baru ayatisasi pada tugas skripsi. Kesannya memperkosa ayat. Berwawasan islam dalam keilmuan itu bagaimana?”

Bu Susilaningsih menjawab, “Di buku Pak Kunto disebutkan, kita tidak bisa menolak ilmu dari barat. Ya seperti itu orientasinya. Bukan berarti tidak bisa kita pakai. Kalau diserasikan ya harus diintegrasikan.”

Sebelumnya, Bu Sus menyampaikan alasan mengapa kita harus berdakwah. Tagline “Profesional Qurani” itu sudah benar. Harapannya kita bisa mengajak kepada kebaikan, bisa mencegah keburukan, mengajak pada keimanan. Ini ilmu profetik, kenabian. Diperlukan sikap tu’minu billah. Perguruan tinggi yang mengembangkan ilmu, sumbernya dari filsafat. Sekuler sering menafikan masalah-masalah ketuhanan. Itu sunnatullah. Dua hal yg berbeda akan menyebabkan split personality. Di Aisyiyah, dosen diharapkan komit pada nilai-nilai keislaman dan tidak lepas dari keilmuan.

Sambutan Bu Rektor, uraian Bu Sus dan pertanyaan Pak Ery memotivasi kita untuk mengkaji kembali Alquran dalam kehidupan dan profesi kita. Semoga Allah ringankan langkah kita menghadiri majelis ilmu, menuju UNISA kampus berwawasan kesehatan, pilihan dan unggul berbasis nilai-nilai Islam Berkemajuan. []

Yogyakarta, 22 Desember 2017

Berkumpul, Berbagi dan Bergerak Bersama

Membaca dan menulis adalah dua kegiatan literasi yang menyenangkan. Keduanya sama-sama penting dan saling menguatkan.

Ketika setiap orang, komunitas, Majelis Pustaka dan Informasi Wilayah, Perpustakaan Perguruan Tinggi Muhammadiyah/ ‘Aisyiyah, Para Guru SMA/SMP/SD/MI berkumpul bersama dalam satu forum Kopdarnas Literasi Muhammadiyah, tentu ini hal yang sangat membahagiakan.

Bahagia karena ternyata kita tidak sendiri. Ada banyak elemen yang terlibat dalam gerakan literasi. Ini sungguh fenomena menarik.

Acara yang dilangsungkan di Universitas Muhammadiyah Surakarta pada Jumat-Ahad, 8-10 Desember 2017 ini diikuti antusias oleh sekitar 350 peserta dari 10 Wilayah dan sekitar Surakarta.

Bergerak. Antusiasme peserta untuk hadir dan menyukseskan Kopdarnas Literasi Muhammadiyah ini menunjukkan bukti akan kesediaan pegiat literasi Muhammadiyah untuk bergerak, bergerak dan terus bergerak.

Berbagi. Acara Kopdarnas Literasi Muhammadiyah dimulai dengan sambutan Ketua MPI PP Muhammadiyah, Rektor UMS dan Pak Dadang Kahmad dari PP Muhammadiyah. Pertemuan pertama para pegiat literasi Muhammadiyah ini sebagai upaya PP Muhammadiyah membangun budaya literasi.

Bersyukur kita telah bergabung di grup WA Penulis Unisa ini karena kita telah membulatkan tekad untuk menggiatkan menulis bagi pencapaian catur dharma kita.

Menulis yang sedang kita lakukan kini melalui WAG Penulis Unisa ini memiliki makna penting dan strategis bagi pengembangan persyarikatan. Hal ini senada dengan pesan Ibu Warsiti (Rektor Unisa) pada Workshop Pimpinan yang digelar selasa-jumat, 5-8 Desember 2017 di kampus terpadu Unisa Yogya.

Bu Warsiti menegaskan, dari visi misi Unisa dapat dipahami bahwa kekhasan catur dharma Unisa berorientasi pada kesehatan. Hendaknya Unisa menjadi pilihan masyarakat. Indikatornya adalah : rasio pendaftar semakin baik, meningkatnya upaya promosi di tiap prodi dan unit, penambahan jaringan ke arah pengguna lulusan dan penambahan jumlah hibah dalam kegiatan catur dharma.

Pak Lasa, Koordinator Perpustakaan PTM/A, saat kami temui sebelum acara pembukaan Kopdarnas Literasi Muhammadiyah, mengupas panjang lebar pentingnya upaya menulis yang dilakukan dosen. Tidak bisa instan. Tidak ada yang ujug-ujug. Semua butuh proses. Menulis, tidak saja untuk kepentingan jurnal dan akreditasi, namun juga untuk berperan serta meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Karena itu, forum menulis menjadi penting dan strategis untuk diupayakan.

Wallahu a’lam

Pagi cerah lt 11 Syariah Hotel Solo, 9 Desember 2017