Pilih Laman

Menuju Pribadi Lebih Baik

Tulisan ini dibuat dalam rangka ikut memperingati Hari Kesehatan Sedunia (World Health Day), 7 April. Tahun ini WHO menetapkan tema penting “Support Nurses and Midwives” (Dukung Perawat dan Bidan).

Pada tulisan ini, saya ingin menampilkan diskusi saya dengan mahasiswa perawat anvulen. Materi pertemuan kelima pada siang itu adalah tentang “Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah”. Dalam diskusi sebelumnya, mereka seringkali menanyakan “bagaimana wujud nyatanya dalam kehidupan sehari-hari?” Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini, saya mencoba mengemas materi dengan menampilkan sosok tokoh teladan di bidang kesehatan: dr. Erwin Santosa, M.Kes.

Harapannya, mahasiswa menjadi tahu, termotivasi dan terinspirasi untuk mengikuti jejak perjuangan beliau. Logikanya sederhana. Bila termotivasi oleh tokoh, insyaallah akan mengikuti juga untuk melengkapi diri dengan hal-hal yang dimiliki tokoh, termasuk MKCH.

“Tak pernah orang dapat menciptakan suatu karya yang besar tanpa antusiasme.” (Emerson)
“Tidak ada yang lebih menular daripada teladan. Perbuatan baik diikuti perbuatan baik, dan perbuatan buruk diikuti perbuatan buruk pula.” (La Rouchefoucauld)
“Mengagumi seseorang berarti berkeinginan menjadi sama dengan yang dikagumi itu, sedangkan merasa iri hati kepada seseorang berarti berhendak untuk menyingkirkannya.” (Pierre Reverdy)

Berikut ini adalah beberapa respon mahasiswa. Menarik untuk disimak.

Mahasiswa A: “Terkait materi MKCH, pada forum ini Ibu beri tema “Menjadi pribadi yang lebih baik”. Ibu memberikan contoh nyata seorang tokoh, dr. H Erwin Satosa, Sp.A., M.Kes yang sangat luar biasa perjalanannya, berjuang mendirikan hal-hal baru di bidang kesehatan Muhammadiyah. Mulai mendirikan prodi Kedokteran di UMY, hingga menggagas dan menggerakkan STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta menjadi Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta. MKCH memberikan arah terhadap perjuangan dr. Erwin.

Mahasiswa B: Setuju. Dokter Erwin sosok pribadi yang matang dengan jiwa Muhammadiyah dengan menerapkan nilai-nilai MKCH. Di mana pun berada selalu menginisiasi melahirkan hal yang baru dan berkemajuan di bidang pendidikan dan kesehatan, berusaha melakukan perubahan-perubahan yang dibutuhkan untuk kemajuan persyarikatan, rela meninggalkan kepentingan pribadi atau ego demi mendarmabaktikan hidupnya di Muhammadiyah. Bagaimana kita mampu meneladani beliau, di era sekarang? Tentunya butuh semangat yang tinggi dan keyakinan bahwa kita juga bisa berbuat yang terbaik mulai dari lingkungan disekitar kita , dari tempat kerja, tempat tinggal, dan sebagainya.

Sampai di sini, saya menjadi ingat quote Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag, Guru Besar Tafsir Al-Qur’an UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, yaitu: “Orang hebat ialah siapa saja yang mampu mengubah dirinya menjadi lebih baik dan lebih berfaedah bagi sesama.”Bila engkau berjumpa dengan orang yang hebat lagi mengagumkan, ketahuilah bahwa DIA TELAH MELAKUKAN apa yang belum engkau lakukan.

Mahasiswa C, non muslim: Profil dr. Erwin sangat menginspirasi. Dengan latar belakang seorang dokter yang saya rasa secara finansial tidak kekurangan, tetapi mempunyai konsen dalam memajukan dunia pendidikan terutama di bidang pendidikan kesehatan. Menurut saya dari artikel profil dr Erwin, beliau mempunyai kemampuan komunikasi yang baik sehingga apa yang menjadi misi beliau bisa dicapai untuk kemajuan dunia pendidikan bidang kesehatan seperti sinergi PTM dan RSMA, loby untuk pelatihan ACLS dengan PERKI dan KIDI untuk penempatandokter internship. Beliau juga memperhatikan dari sisi sosial dimana anak anak panti asuhan dan dari poindok pesantren muhamadiyah diberika beasiswa profesi dan kerjasama dengan klinik muhamadiyah sekalian untuk memenuhi kebutuhan tenaga medis di klinik tersebut. dr Erwin bisa memanfaatkan pengalaman beliau dalam dunia pendidikan dan akreditasi dalam memetakan apa yang jadi kebutuhan dilapangan dan diberikan solusi yang sesuai kebutuhan dilapangan.

Mahasiswa D: MKCH merupakan gerakan islam dan dakwah amal makruf nahi mungkar, beraqidah, dan bersumber pada Al-Qur’an dan Sunah Rosul. Bercita-cita demi terwujudnya masyarakat yang utama, adil, makmur yang diridhoi Allah SWT.

Prof dr. Erwin Santosa, Sp.A, M.Kes. merupakan sosok dokter specialis anak yang sudah professor, yang banyak mengabdi di pelayanan kesehatan. Sebagai seorang dokter anak di rumah sakit pemerintah, mengambil pensiun dini, karena mengemban tugas dari persyarikatan Muhammadiyah sebagai direktur RS PKU Muhhammadiyah periode 1993-1999. Beliau juga menggagas berdirinya Fakultas Kedokteran UMY, juga menggagas STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta menjadi Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta.

Mahasiswa E: Betul, beliau seorang kader terbaik yang pernah dimiliki Muhammadiyah. Selalu ada ide pembaharuan dan kemajuan yang muncul dari beliau. Pernah dekat dengan beliau semasa menjabat Direktur Utama RS PKU Muhammadiyah dan sebagai dokter spesialis anak. Sosok yang sederhana, tetapi penuh dengan pemikiran luar biasa untuk memajukan pendidikan maupun kesehatan. Memberikan wawasan dan motivasi terhadap siapa saja orang-orang di sekeliling beliau untuk berubah menuju yang lebih baik.Ketika mendapat amanah bagaimana bisa mengemban amanah itu dengan sebaik-baiknya. Tidak puas begitu saja tehadap apa yang sudah diraih, tetapi terus berfikir apalagi yang bisa diperbuat (improvement).

Mahasiswa F: MKCH merupakan gerakan amar ma’ruf nahi munkar, berpedoman pada Al Qur’an dan sunah, untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar benarnya. MKCH tidak hanya ditujukan untuk warga Muhammadiyah saja, tetapi juga muslim Indonesia. Tetapi pada pelaksanaannya masih belum dipahami secara utuh oleh warga Muhammadiyah..

Mahasiswa G: Profil dr. H. Erwin Santosa, Sp.A, M.Kes. Bila kita berbicara tentang Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah, dr. Erwin merupakan salah satu role model yang bisa menjadi contoh semangat perjuangan bagi Muhammadiyah sehingga kita bisa dengan nyaman belajar dilingkup Muhammadiyah-Aisyiyah. Beliau adalah salah satu pejuang di bidang dokter Muhammadiyah yang mengadbikan diri untuk layanan kesehatan dan pendidikan.

Dengan perjuangan beliau yag luar biasa, beliau menjadi inisiator berdirinya FK UMY sekaligus FK PTM yang pertama. Beliau memiliki visi yaitu tentang pentingnya Muhammadiyah mengembangkan pendidikan kesehatan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari layanan kesehatan yang teklah ada dan berkembang. Hal ini yang mendasari beliau melahirkan beberapa prodi di FK UMY yaitu prodi keperawatan, kedokteran gigi dan S2 Manajemen Rumah Sakit. Selama beliau menjabat sebagai dekan FKIK UMY beliau berusaha mensinergikan amal usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan dan layanan kesehatan. Beliau juga membentuk Asosiasi Pendidikan Kedokteran dan Kesehatan Muhammadiyah (APKKM) yang melaksanakan pertemuan pertama nya di Yogyakarta. Dalam pertemuan tersebut menghasilkan rekomendasi yaitu kerja sama yang harmonis antara FAkultas Kedokteran (FK) dengan Rumah Sakit Muhammadiyah-‘Aisyiyah (RSMA), RSMA mempersiapkan diri sebagai rumah sakit pendidikan, melibatkan prodi kesehatan (selain kedokteran) dalam APKKM, dan mengupayakan RSMA menjadi Wahana pendidikan kedokteran dan kesehatan. Beliau juga merupakan salah satu penggagas perkembangan STIKES Aisyiyah Yogyakarta menjadi UNISA dengan tujuan meningkatkan mutu pendidikan tenaga kesehatan.

Berkat kegigihan dan perjuangan beliau, saat ini kita bisa menikmati keharmonisan dan kesinergisan antara amal usaha Muhammadiyah dalam bidang pendidikan dan layanan kesehatan. sehingga kita bisa dengan nyaman menempuh pendidikan dan kemudian akan nyaman juga menempuh pendidikan praktik di Rumah Sakit Muhammadiyah-‘Aisyiyah contohnya PKU Muhammadiyah.

Semua kisah perjuangan beliau yang begitu luar biasa menjadikan motivasi untuk saya pribadi menjadi orang yang lebih tangguh lagi. Role model dalam perjuangan bidang pendidikan dan kesehatan ini menjadi perwujudan nyata dari MKCH dan memotivasi saya untuk selalu menjadi pribadi lebih baik di setiap harinya. dr.Erwin juga memotivasi saya sebagai perawat yang bekerja untuk selalu tulus dan ikhlas dalam memperjuangkan kepentingan pasien.

Mahasiswa H: Dokter Erwin menurut saya adalah dokter yang benar benar mengabdikan hidupnya di Muhammadiyah..beliau seorang dokter yang membawa perubahan di Muhammadiyah. Beliau juga merupakan penggagas dan pembaharu di dalam sistem dunia kedokteran.

Walaupun beliau sudah jadi PNS, tetapi beliau memilih untuk pensiun dini dan mengabdikan hidup sepenuhnya untuk Muhammadiyah, mulai dari mengajar di perguruan Muhammadiyah dan salah satu pendorong berdirinya unisa. Sangat bagus untuk inspirasi buat kita semua karena keikhlasan hati beliau untuk Muhammadiyah..

Mahasiswa I: Beliau adalah sosok yang visioner, tak kenal lelah dan loyalitas tinggi terhadap Persyarikatan. Ini menjadi semacam cambuk/ contoh bagi saya yang bekerja di Persyarikatan Muhammadiyah. Kenyataan di lapangan, bagi kami bila mendapatkan sesuatu dari apa yang harusnya kita dapat, misal gaji, yang menurut kami kurang atau ada kebijakan yang baru yang menurut kami berat, maka kami pasti protes dsb.

Dari beberapa respon tersebut, kita dapat melihat bahwa mahasiswa mampu menangkap pengertian, makna dan hakikat MKCH dari sosok dr. Erwin. Saya bersyukur atas anugerah Allah ini. Membahas MKCH tidak harus mengerutkan kening, sebaliknya, justru dapat difahami dengan mudah dan sederhana. Sekali lagi saya sampaikan “Selamat Hari Kesehatan Sedunia” untuk Perawat dan Bidan Indonesia.[]

Yogyakarta, 7 April 2020

Menuju UNISA Yogya Menulis 2020

Hari Pertama, 1 April 2020

***************************

Saya biasa dipanggil Bu Lina. Nama saya dicantumkan sebagai Kontak Panitia UNISA Yogya Menulis 2020. Ada banyak pertanyaan yang masuk ke no hp/WA saya. Macam-macam pertanyaan yang diajukan. Siapa yang boleh ikut. Kartu identitas UNISA bagaimana. Tulisannya yang bagaimana. Satu sisi saja atau keseluruhan. Pakai referensi atau tidak. Contohnya ada atau tidak. Tulisan seperti apa. Dari bacaan ataukah persoalan yang dihadapi. Dan masih banyak lagi. Melalui tulisan ini, saya berharap dapat membantu menjawab pertanyaan tersebut. Baiklah kita kupas satu-satu ya..

Akhirnya, dengan niat bismillah, program menulis Unisa ini diluncurkan. Ini adalah awal, maka semangatnya adalah “jalan dulu”. Adalah Pak Ali Imron Dekan Fikes UNISA Yogyakarta yang mempunyai ide ini. “Bismillah, kita memulai sesuatu yang baru. Tradisi menulis adalah tradisi salafus sholeh,” demikian kata Pak Imron. Akhirnya, setelah dirundingkan dengan berbagai pihak terkait, pada Selasa, 31 Maret 2020, program ini resmi diluncurkan.

Siapa penyelenggara “UNISA Yogya Menulis” ini?

Adalah Fakultas Ilmu Kesehatan UNISA Yogyakarta. Mengapa Fikes? Tentu sebuah kegiatan harus ada penanggungjawabnya, yang akan mengawal kegiatan ini sejak awal hingga akhir. Work from Home (WfH) akibat corona virus memaksa civitas akademika untuk terbiasa menulis. Setiap kita harus bekerja dari rumah, mahasiswa mengerjakan tugas juga dari rumah. Akhirnya menulis menjadi kegiatan yang tidak terhindarkan. Nah, semangat menulis inilah yang akan kita rawat.

Mengapa Lomba Menulis?

Karena menulis perlu dimotivasi. Menulis itu gampang-gampang susah. Oleh karena itu, perlu diiming-iming dengan hadiah dan penerbitan buku. Begitulah Pak Imron menggagas acara ini. Tentu harapannya agar selama WfH akan tetap produktif menulis. “Sehari selembar tulisan, setahun sebuah buku. Menulis itu berfikir, jadi sangat menyenangkan. Kebahagiaan itu dalam berbagi,” tulis Prof. Dr. Muhammad Chirzin, M.Ag., Guru Besar Tafsir Al-Qur’an UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Siapa peserta lomba menulis ini?

Segenap civitas akademika Unisa Yogyakarta, meliputi dosen, mahasiswa dan karyawan. Oleh karena itu, informasi “UNISA Yogya Menulis 2020” ini disampaikan kepada segenap dosen, mahasiswa dan karyawan UNISA, baik melalui Humas UNISA, Grup-grup whatsapp Dosen UNISA, Kemahasiswaan dan SDM UNISA. Mengapa? Agar lomba menulis ini digembirakan, dimeriahkan, diikuti oleh segenap civitas akademika UNISA.

Tentang tema, mengapa Covid-19?

Karena kita semua saat ini sedang menghadapi covid-19 ini. Apapun bidang keilmuan kita, apapun profesi kita, apapun jabatan kita, di mana pun tempat tinggal kita, sedang dicekam ketakutan covid-19. Sebuah virus kecil yang mengguncang dunia kesehatan. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) bukan lagi angin lalu yang patut diabaikan, sebaliknya, kita musti faham betul untuk apa kita harus menjalankan PHBS. UNISA Yogyakarta sebagai kampus kesehatan, yang visi dan misinya untuk kesehatan, sudah saatnya bergerak menulis membangkitkan kesadaran masyarakat.

Artikel populer menjadi sebuah alternative menarik untuk ditawarkan. Artikel populer memberikan peluang kepada pembaca, siapapun, masyarakat awam sekalipun, akan mudah mencerna ilmu pengetahuan yang disampaikan penulis. Penulis diharapkan memberikan pencerahan kepada pembaca. Ilmu bukan berdiri sebagai sebuah Menara gading. Tulisan bukan saja kewajiban mengisi rak-rak perpustakaan dan syarat kelulusan, namun lebih merupakan tanggung jawab moral kepada masyarakat. Inilah saatnya kita berbakti untuk negri. Menulis untuk keabadian.

Panjang tulisan berkisar 4-6 halaman A4 diketik 1,5 spasi menggnakan font Times New Roman (12). Dua puluh naskah/ artikel terbaik akan diterbitkan. Ini peluang istimewa. Diterbitkan menjadi sebuah buku adalah mewariskan keabadian. Inilah menariknya.

Kartu identitas UNISA?

Untuk Dosen, Karyawan dan Mahasiswa, silakan scan identitas UNISA Anda. Untuk dosen tidak tetap UNISA, seperti Dosen AIK, Bahasa Arab, Baca Al-Qur’an (BAQ), Tahfidzul Qur’an dan Bahasa Inggris, Anda dapat menghubungi kepala Unit Anda untuk dibuatkan surat keterangan. Menulis ini adalah forum kita bersama, segenap keluarga besar UNISA Yogyakarta.

Kemana naskah/ artikel dikirm?

Ke email wfhunisayogya2020@gmail.com

Ingat ya… Menulis ini adalah dalam rangka agar WfH kita tetap produktif. Jadikan menulis kegiatan menyenangkan. Yakinlah covid-19 adalah ujian Allah, semoga menjadikan kita semakin taqarrub ilallah, semakin bertakwa. Rumah adalah tempat berkumpul bersama keluarga. Keluarga yang sakinah mawaddah warahmah perlu diciptakan bersama oleh suami yang shalih, istri yang shalihah, anak-anak yang shalih dan shalihah. Insyaallah kedamaian keluarga semacam ini akan memancarkan magnet luar biasa ke segenap penjuru dunia. Karenanya, dirumahaja.

Omong-omong, bagaimana sih nulis artikel populer itu?

Kuncinya, sebagaimana saya sampaikan kepada mahasiswa di kelas, juga oleh para penulis, adalah “Tulislah apa yang Anda fikirkan, jangan Anda fikirkan apa yang akan Anda tulis.” Nah. Jelas kan? Coba Anda resapi. Menulis itu kan seperti kita berbicara. Saat berbicara, enak dan lancar saja. Mengapa? Karena yang kita omongkan adalah apa yang kita fikirkan. Begitu juga dengan menulis.

Awalnya memang tidak mudah. Karena itulah Pak Imron sudah nawaitu untuk meluncurkan program menulis perdana ini. Saya pun pernah merasakan saat-saat sulit menulis. Desember 2016 dipaksa menulis, setor tulisan. Tidak setor tiga kali, diremove. Wuik. Keringat dingin sebesar jagung jatuh bercucuran, meski itu tengah malam. Hla deadline jam 23.59 WIB.. Tapi, menulis itu memang butuh latihan. Latihannya adalah dengan menulis. Kita belajar berjalan dengan berjalan. Belajar berbicara dengan berbicara. Karena itu, belajar menulis juga dengan menulis.

Saat tulisan kita bisa hadir di tengah pembaca, saat itulah desir angin kebahagiaan dan ketentraman hadir menyelimuti jiwa kita. Apalagi saat terbit menjadi sebuah buku, itu hadiah terindah, wujud ukhuwah. Marilah redam informasi hoax dengan memproduksi tulisan yang menentramkan, mencerahkan, membahagiakan. Sesungguhnya kebenaran yang tidak diorganisir akan dapat dikalahkan oleh kebatilan yang diorganisir. Mari rapatkan barisan, dalam jalinan ukhuwah Civitas Akademika UNISA Yogyakarta. Satukan hati, satukan langkah, tebar ukhuwah, tuk tunaikan amanah. Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah menunggu kita untuk berkiprah, semata lillah. #AkuUNISA #AkuBanggaUNISA #Dirumahaja.

Mari ikut menulis, melalui UNISA Yogya Menulis 2020 ini. Salam Menulis.

Yogyakarta, 1 April 2020

Bu Lina

Baitul Arqam yang Mencerahkan

Pagi-pagi sudah kami dapatkan laporan pelaksanaan Baitul Arqam Banyuraden yang dikoordinir Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sleman. Luar biasa. Hadiah terindah. Satu hal yang selama ini sering saya impikan benar-benar terjadi. Alhamdulillah.

Karenanya terima kasih kami sampaikan kepada:
1. Bapak Muhammad Ichsan, S.E., M.M. dan segenap Tim MPK PDM Sleman,
2. Bapak dr. H. Faesol, Sp.Rad dan segenap jajaran Pimpinan Ranting Muhammadiyah Banyuraden,
3. Ibu Wijayanti dan segenap jajaran Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah Banyuraden,
4. Bapak dan Ibu segenap panitia Baitul Arqam Banyuraden,
5. Ibu-ibu dan bapak-bapak peserta Baitul Arqam Banyuraden, dan
6. Ibu/ Bapak semua pihak yang telah membantu terselenggaranya Baitul Arqam ini dengan baik, lancar dan sukses.
Teriring doa semoga amal ibadah kita diterima dan diridhai Allah swt, amin.

Ada rasa haru menyeruak saat membaca satu per satu laporan yang dipaparkan MPK PDM Sleman. Terlihat jelas adanya sebuah semangat PDM Sleman dalam mengelola perkaderan Muhammadiyah dengan sungguh-sungguh.

Usai pembukaan Baitul Arqam pada sabtu, 14 Maret 2020, kami lihat ada beberapa ibu dari MPK PDM Sleman. “MPK PDM ada ibu-ibunya juga, Pak Ichsan?” tanya saya. “Ya, Bu, karena tiap perkaderan yang kami kelola seringkali ada ibu-ibunya, jadi kita libatkan untuk kemudahan pengelolaan,” terang Pak Ichsan.

Apa arti pengelolaan?
Kita bisa mengikuti rangkaian materi sejak awal hingga akhir dengan baik dan lancar, ini hasil nyata sebuah pengelolaan itu. Saya yang menjadi peserta sekaligus panitia dapat mengikuti kegiatan dengan baik, dapat menunaikan tugas dengan optimal, saya kira ini adalah buah adanya pengelolaan ini. Adanya pengelolaan perkaderan oleh MPK ini sangat membantu kami dan membuat kami bisa bernafas lega.

Pak Ichsan dibantu timnya antara lain Bu Nur, Bu Wari dan Mbak Esti (?) sebagai moderator, Pak Afandi selaku Imam Training Dan Kang Zaenal sebagai instruktur outbound.

MPK PDM Sleman juga telah menghubungi para pemateri yang sesuai. Bila ada yang tidak bisa pun, dicarikan penggantinya yang tak kalah menariknya. Kami sangat menikmati runtutan materi dari materi satu, dua, tiga, empat, hingga materi lima. Saya merasakan ini sebagai sebuah momentum baik kami segenap keluarga Muhammadiyah ‘Aisyiyah Banyuraden.

Persiapan panitia juga membuahkan hasil manis. Penyiapan penginapan, ruang pembelajaran, penyediaan makanan dan snack, air minum, masjid, transportasi, kesemuanya memungkinkan kami dapat mengikuti materi dengan baik dan nyaman. Bahwa ada satu dua kekurangan di sana-sini, saya kira masih dalam batas kewajaran. Bisa dimaklumi. Justru ini mengajarkan pada kita bahwa manusia itu wajib berusaha optimal. Adapun hasilnya kita serahkan pada Allah swt.

Saat outbound juga cukup seru. Kang Zaenal mampu menghidupkan suasana refreshing kami pagi kemarin. Bapak yang tinggal di Kotagede Yogya ini cukup mengocok perut kami. Permainan yang disajikan pun cukup membuka kesadaran kami tentang filosofi manajemen organisasi. “Mengelola persyarikatan kita ini perlu inovasi dan kreasi, maka bicarakan dengan terbuka. Rasio kalangan tua dan angkatan muda harus seimbang agar terjadi dinamisasi,” papar Kang Zaenal.

Acara RTL atau Rencana Tindak Lanjut disajikan dengan baik oleh Pak Dr. Samiyanto dan Pak Junaini. Satu per satu hasil diskusi peserta dibahas oleh Pak Sam. Kajian ibadah harian menjadi prioritas utama program Banyuraden yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat, demikian menurut seorang peserta saat saya tanya hasil akhir RTL.

Bagaimana dengan peserta?
Baitul Arqam ini, hingga H-1, rencananya akan diikuti 70 peserta, dari Bapak Muhammadiyah dan Ibu ‘Aisyiyah. Menjelang pemberangkatan, ada ijin dari Ibu-ibu. Ada tugas kerja, sakit, anak sakit. Ada pula saat sudah bersama kami di Kaliurang, ditelpon keluarganya bahwa Ada saudaranya yang meninggal. Ada yang suaminya harus segera melakukan koordinasi di kampusnya untuk merespon penyebaran covid-19. Saya kira itu semua merupakan faktor di luar kehendak manusia, sehingga kita hanya wajib tawakkal ‘alallah. Semua telah diupayakan sebaik mungkin. Di titik inilah pentingnya kita memiliki konsep yang jelas antara kepasrahan pada Allah dan ikhtiar manusia. Keseimbangan hablum minallah dan hablum minannas .

Itu semua memang bukan hal mudah. Oleh karena itu semangat berbuat baik dan membaikkan diri dan sekitar menjadi penting ditanamkan. “Tolerans boleh, namun penyusunan program persyarikatan butuh ide-ide nakal, dikomunikasikan dengan baik, ” kata Kang Zaenal. Saling menghormati, saling menghargai, saling mendengarkan, saling mendukung saya kira menjadi poin-poin pengembangan yang penting dilakukan dan terus dikaji bersama.

Pengembangan Ranting Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah sebagaimana dipaparkan Pak Ridwan Furqoni saya kira cukup menghentak kesadaran kita untuk bersama membawa ke kondisi Ranting Maju dan Unggul. Bukan sendiri kita berjuang. Kebersamaan itu semestinya kita kaji ulang secara kritis dan konstruktif.

Untuk apakah itu semua kita lakukan?
Agar bermanfaat hidup Kita di dunia. Mati itu adalah sebuah kepastian, hanya kita tidak pernah tahu kapan saatnya. KHA Dahlan pernah berpesan, “Djanganlah kamu berteriak-teriak sanggup membela agama meskipun harus mejumbangkan djiwamu sekalipun. Djiwamu tak usah kamu tawarkan, kalau Tuhan menghendakinja, entah dengan djalan sakit atau tidak, tentu akan mati sendiri. Tapi beranikah kamu menawarkan harta bendamu untuk kepentingan agama?”

Dokter Faesol dalam penutupan Baitul Arqam menyampaikan apresiasinya. Saya sendiri salut dengan kehadiran beliau. Beliau ikut survey sebelumnya, rapat-rapat hingga persiapan terakhir. Sempat ijin waktu pemberangkatan karena ibundanya di Brebes sakit. Dalam penutupan itu beliau juga menyampaikan pesan kewaspadaan kita pada penyebaran covid-19. Mencuci tangan yang bersih dan pola hidup bersih dan sehat penting lebih kita tingkatkan.

Dari proses itu semua saya belajar bahwa denyut nadi persyarikatan dan pembinaan anggota Muhammadiyah ‘Aisyiyah itu memang di ranting. Saya kira, sudah saatnya segenap unsur Pimpinan Amal Usaha dan kepemimpinan Muhammadiyah ‘Aisyiyah di Daerah, Cabang dan Ranting di kabupaten Sleman ini melakukan sinergi, koordinasi, sinkronisasi program AIK (Al-Islam Kemuhammadiyahan)-nya. Untuk apa? Agar kita dapat bersama memajukan dan mengembangkan Muhammadiyah ‘Aisyiyah dengan kegiatan yang terprogram, terarah dan terukur. Agar pada saatnya kita dapat menghadap Allah swt dalam keadaan husnul khatimah, amin.[]

Kanoman, 16 Maret 2020

Sri Lestari Linawati akrab disapa Mbak Lina atau Bu Lina. Peserta dan panitia Baitul Arqam Banyuraden ini adalah pegiat literasi, penggagas dan pengelola BirruNA “PAUD Berbasis Alam dan Komunitas”, Dosen UNISA Yogyakarta.

Ranting itu Penting

“Tok tok tok…”

Terdengar pintu depan rumah saya diketuk. Segera saya menuju depan. Ternyata Mbak Martini tetangga depan rumah mengantarkan undangan peserta Baitul Arqom Muhammadiyah ‘Aisyiyah Banyuraden. “Bu Wijayanti mengantar ke rumah saya,” kata Mbak Martini. Segera saya merespon, “Oya, Mbak, terima kasih.” Bu Wijayanti adalah ketua Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah Banyuraden. Sehari-hari aktivitas utama beliau adalah kepala perpustakaan SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Dari Bu Wijayanti saya banyak belajar tentang kehidupan bermuhammadiyah dan ber’aisyiyah di ranting. Di ranting itu berbeda dinamikanya dengan pusat. Berbeda pula dengan kehidupan kampus.

Di pusat, kiprahnya lebih banyak ke factor kebijakan dan koordinatif. Adapun kehidupan bermuhammadiyah di kampus, programnya sudah ada pos anggaran. Bagaimana dengan ranting? Di ranting itu lebih banyak ke amalan hidup sehari-hari. Dananya beberapa mengajukan proposal, namun selebihnya adalah iuran anggota. Urunan. Kita yang usul, kita menyusun program, kita harus siap pula mendanai program. Asyik kan?

Lalu bagaimana dengan undangan Baitul Arqom Ranting?

Mungkin saya orang yang paling bahagia dengan terlaksananya Baitul Arqom ini. Sebabnya? Sederhana saja. Karena awalnya saya termasuk orang yang harus bertanggung jawab penuh. Waktu itu khusus untuk ibu-ibu ‘Aisyiyah Ranting. Karena kesibukan kampus, program ranting ini tertunda selalu. Hampir putus asa. Malu rasanya akan datang pertemuan rutin Ranting tiap bulan. Pengajian rutin pun rasanya enggan hadir karena masih punya utang Baitul Arqom. Namun Bu Wijayanti selalu menyemangati saya. Beliau memaklumi aktifitas saya. “Tidak apa-apa. Kita fikirkan bersama,” begitu support Bu Ketua selalu.

Kabar terbaru adalah bahwa pelaksanaan Baitul Arqom digabung dengan bapak-bapak Pimpinan Ranting Muhammadiyah Banyuraden. Alhamdulillah.. “Sudah gabung dengan bapak-bapak kok, Bu, jadi kita tinggal ngikut saja. Besok kita rapat bersama,” kata Bu Ketua. Lega hati ini mendengarnya.

Bakda isya’ waktu itu diselenggarakan rapat bersama antara ranting Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah bertempat di masjid Mujahidin Cokrowijayan. Maksud hati hadir, namun persiapan ujian OSCIE baru kelar jam 22.00. Karena tempat saya mencetak bahan ujian dekat dengan masjid Mujahidin, saya coba sejenak mampir. Ternyata rapat baru saja diakhiri. Dengan sabar pula Bu Ketua menjelaskan hasil rapat malam itu, sambil menyajikan sepiring siomay untuk saya dan segelas teh hangat. Beginilah rapat ala ranting. Yang ketempatan rapat itulah yang menyajikan hidangan. Saya melihat bagaimana tiap anggota berlomba-lomba dalam kebaikan. Semua ingin memberi.

Sebelumnya, di lingkup ‘Aisyiyah Ranting Banyuraden telah dilangsungkan rapat persiapan ini di rumah Bu Zuliani Rusida yang biasa disapa Bu Kholiq. Beliau adalah Ketua Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah Gamping yang sebelumnya beliau menjabat sebagai Ketua Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah Banyuraden. Rapat biasanya berlangsung sejak bakda isya’ hingga jam 22.00. Maklumlah bila siang hari kami semua bekerja. Hanya bisa bertemu di malam hari. Beda dengan kampus kan? Kampus akan mengadakan persiapan hingga malam hari hanya bila ada perhelatan tertentu, misal akreditasi, atau Tanwir ‘Aisyiyah. Selebihnya kita menyiapkannya di jam kantor.

Diskusi Ranting ‘Aisyiyah berikutnya diselenggarakan pada pertemuan rutin bulanan yang bertempat di TK ABA Dukuh II Somodaran. Dari proses ini saya melihat pertumbuhan kehidupan ranting yang berlangsung perlahan namun pasti. Program kami sebelumnya yang baru usai adalah Pentas Kreativitas dan Santunan Anak Yatim dan Dhuafa.

Apakah baru kali ini ikut Baitul Arqom?

Nggak juga sih. Pernah ikut baik di IPM maupun Baitul Arqom yang wajib diikuti di kampus. Mengelola Baitul Arqom dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa adalah ketugasan kami di kampus. Trus kenapa mau ikut sebagai peserta?

Asyik saja..

Saya sangat menikmati proses persiapan Baitul Arqom ini, dari waktu ke waktu. Kami sering menyebutnya “Be-A”. Kebetulan mas suami juga nggak mempermasalahkan keikutsertaan saya sebagai panitia sekaligus peserta. Anak-anak kami juga sudah memiliki aktivitas masing-masing, jadi tidak masalah bila saya harus pergi semalam mengikuti Be-A ini. Persiapan terakhir yang saya ikuti adalah rapat di rumah dr. H. Ahmad Faesol, Sp. Rad. Beliau adalah direktur Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping. Bu Tika Absari istri beliau yang sehari-hari aktif di kesekretariatan UMY menyiapkan ubo rampe rapat. Berbagai sajian malam beliau siapkan. Ada klengkeng, tahu isi, spon cake, kue lumpur, pisang goring dan segelas teh hangat. Hujan deras yang mengguyur desa kami malam itu seakan tak mengendurkan semangat kami untuk persiapan akhir Be-A.

Alhamdulillah, bersamaan dengan undangan peserta ini kami terima juga manual acara Baitul Arqom PRM PRA Banyuraden. Be-A ini dikelola oleh Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sleman. Acara akan dilangsungkan di Wisma Puas Kaliurang, sesuai dengan harapan ibu-ibu agar acara diselenggarakan di puncak. Acara akan dimulai pada Sabtu, 14 Maret 2020, jam 10.00, kedatangan peserta, hingga Ahad, 15 Maret 2020, jam 15.00 RTL dan Penutupan.

Sebagaimana Be-A lainnya, materi meliputi: Hakikat Islam I “Peran Tauhid dalam Kehidupan” yang akan disampaikan Bapak Harjaka, M.Pd. (Ketua PDM Sleman). Materi kedua adalah “Apa itu Muhammadiyah (MADM)” yang akan disampaikan Bapak Dr. Untung Cahyono, M.Hum. (PWM DIY). Materi ketiga adalah “Tuntunan Ibadah Sesuai Putusan Tarjih” insyaallah disampaikan Bapak Achmad Affandi, M.S.I. (PDM Sleman). Fathul Qulub di akhir sesi akan dipimpin oleh Imam Training.

Shalat lail dilanjutkan shalat shubuh dan kultum menjadi suatu kegiatan yang khas dalam perkaderan Muhammadiyah ‘Aisyiyah. Dengannya kita memahami bahwa bermuhammadiyah ber’aisyiyah itu hakikatnya adalah berislam, maka shalat dan mendekatkan diri kepada Allah adalah hal mutlak yang wajib kita tegakkan.

Dilanjutkan dengan Outbound “Team and Trush Building” oleh Tim Outbound MPK PDM Sleman. Selain olahraga untuk kebugaran kita, gerak di pagi hari ini dikondisikan untuk membangun sebuah tim kerja yang solid.

Setelah istirahat sejenak, bersih diri dan sarapan, dilanjutkan dengan materi keempat tentang “Akhlak Kepemimpinan Muhammadiyah (Menjadi Pemimpin yang STAF)”. Materi ini akan disampaikan oleh Bapak Dr. H. Samiyanto (PCM Gamping). Materi kelima akan disampaikan oleh Bapak Ridwan Furqoni (LPCR PP Muhammadiyah) dengan tema “Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah menuju Ranting Unggul dan Maju”.

Pretest dan posttest adalah agenda tetap perkaderan. Dimulai dengan kontrak belajar, diakhiri dengan RTL atau Rencana Tindak Lanjut. Bismillah.

Siapa yang akan menjadi peserta Be-A ini? Adalah 35 bapak/pemuda dan 35 ibu/pemudi di lingkungan Banyuraden. Tampaknya kegiatan Be-A ini akan menarik karena forum ini menjadi ajang silaturahmi antar peserta. Maklumlah, 19 tahun dari 23 tahun saya tinggal di dusun Kanoman Banyuraden ini saya habiskan untuk focus menangani BirruNA “PAUD Berbasis Alam dan Komunitas”. Enam tahun terakhir saya focus juga di kegiatan perkaderan kampus dan pengembangan kehidupan islami kampus. Karena itulah, pemahaman saya tentang personal Aisyiyah Muhammadiyah di Ranting Banyuraden sangat terbatas. Paling hanya kenal nama dan wajah.

Apa saja perlengkapan yang harus dibawa dan bagaimana teknis keberangkatan ke Kaliurang disampaikan oleh panitia secara tertulis dalam undangan. Kaos pun telah dibuat agar dapat dipakai saat outbound. Perbincangan di grup whatsapp “Paguyuban ‘Aisyiyah Banyuraden” telah mulai ramai. Maklumlah kian mendekati pelaksanaan. Begitu juga grup whatsapp Panitia Baitul Arqom dan grup Peserta Baitul Arqom 14-15 Maret. Poin terakhir surat berbunyi “Wajib menjaga nama baik pribadi dan persyarikatan Muhammadiyah”.

Demikianlah salah satu potret kegiatan ranting Muhammadiyah ‘Aisyiyah. Menunjukkan pada kita semua bahwa ranting itu penting. Semoga cerita ini dapat memberikan gambaran kepada pendatang baru di Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah. Seringkali saya mendapat pertanyaan dari teman-teman, selain bertanya tentang pembuatan KTAM/ KTAA, yaitu “Bagaimana kami harus menjalani kehidupan bermuhammadiyah atau ber’aisyiyah di Ranting?”

Harapan selanjutnya tentu agar di ranting kegiatannya akan semakin gayeng, lebih tertata, terkoordinir dengan baik. Inilah mungkin yang ditanyakan mahasiswa di kelas teori AIK “Apa yang dimaksud dengan mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya?”

Saya pun berbahagia menjalani kehidupan di ranting. Tak kurang sibuknya dengan kehidupan dan aktivitas di pusat atau kampus. Tak berlebihan kiranya saya menjiwainya. Dengan ini, saya sedang bicara dengan mahasiswa saya yang menempuh kuliah praktikum AIK dengan materi “Wiki ‘Aisyiyah”, mereka melakukan kunjungan dan wawancara tentang ketua dan tokoh ‘Aisyiyah Muhammadiyah Ranting, amal usahanya dan juga kegiatannya. Inilah indahnya proses pengajaran. Pengajaran bukan saja sederet kata-kata, namun juga tindak laku perbuatan terhadap apa yang kita sampaikan. Satunya kata dan perbuatan. Semoga ikhtiar ini memotivasi mahasiswa untuk mengetahui Muhammadiyah ‘Aisyiyah, memahaminya dan memberikan inspirasi untuk bergerak lakukan syiar, amin. Wallahu a’lam. []

Banyuraden, Gamping, Sleman, 13 Maret 2020

Sri Lestari Linawati akrap disapa Mbak Lina atau Bu Lina, adalah pegiat literasi, penggagas BirruNA “PAUD Berbasis Alam dan Komunitas”, peneliti pada Pusat Dunia (Pusat Studi Anak Usia Dini dan Keluarga Yogyakarta) dan Dosen UNISA Yogyakarta. Buku solo pertamanya berjudul “Menggerakkan IPMawati”, 1997. Buku solo keduanya berjudul “Bahasa Arab di Mata Santri ABG: Studi Persepsi Pembelajaran Bahasa Arab Siswa SMP Ponpes Modern MBS Yogyakarta”, Mei 2018. Buku antologinya antara lain “Resolusi Menulis” (Mei 2017), “Mendidik Anak di Era Digital” (Oktober 2017), “Virus Emcho” (Desember 2017), “Perempuan Dalam Pusaran Kehidupan” (Maret 2018), “Sahabatku Inspirasiku” (Maret 2018), “Belajar Kehidupan” (Januari 2019), “Literasi di Era Disrupsi” (Juli 2019), “Moderasi Beragama”, “Sejuta Alasan Mencintai Indonesia” dan “Guru Pembelajar” (Januari 2020), “Virus Emcho Melintas Batas Ruang Waktu” (Maret 2020). Lina bisa dihubungi di email sllinawati@gmail.com atau no hp/WA 0812.15.7557.86.

Berhentilah Mengecam Kegelapan

Bahagia diundang hadir dalam pertemuan menggagas upaya solutif pengembangan AIK yang diselenggarakan Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah ini. Acara yang digelar di Kantor PP Muhammadiyah jl Cik Di Tiro Yogyakarta ini berlangsung jam 18.00 wib hingga selesai.

Kebetulan sore ada kelas teori Kemuhammadiyahan Dan Keaisyiyahan dengan Keperawatan semester 4 kelas B. Pertemuan membahas Profil Pimpinan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah. Saya minta mahasiswa menuliskan sebuah artikel tentang satu tokoh Muhammadiyah/ ‘Aisyiyah yang menginspirasi mereka. Menarik. Ada yang menulis tentang Prof. Dr. H. Siti Baroroh Baried yang diabadikan namanya sebagai nama Hall 4 Unisa. Ada yang menulis Prof. Chamamah, Bu Noordjanah Djohantini, Sutan Mansyur, KH Fachrodin, Pak AR Fahruddin, Pak Amien Rais, Buya Syafi’i Ma’arif, Pak Watik, Siti Bariyah, Siti Munjiyah, Kiai Haji Ibrahim, Siti Hayinah, Pak Azhar Basyir, dsb. Artinya, perhatian mereka tidak terkonsentrasi hanya pada KHA Dahlan dan Nyai Siti Walidah saja. Usai perkuliahan, segera saya meluncur ke Cik Di Tiro.

Telah hadir di forum inisiasi S2 Konsentrasi AIK ini antara lain Pak Sayuti, Pak Muh. Samsuddin, Pak Muttaqin, Prof. Sutrisno, Prof. Munir Mulkhan, Kaprodi Sekprodi S2 AIK UAD Dan UMY, Pak Miftah, Pak Iwan, saya, Ketua dan Sekretaris Majelis Dikdasmen DIY, Dan undangan lainnya.

Apa latar belakang acara ini?
Ada banyak keluhan. Hentikan keluhan. Jangan mengecam kegelapan. Hentikan segera! Mari buka S2 AIK. Dosen AIK butuh kualifikasi S2. Punya kompetensi. Ada anak SD disuruh menghafal tujuan Aisyiyah. Problem tidak saja di pendidikan tinggi. Buku mas Robby sudah sangat kuat sebagai landasan filosofis. Demikian penjelasan Pak Sayuti.

Mengapa ngundang ALAIK?
Perkumpulan ini, Asosiasi Lembaga AIK PTMA, yang mengkoordinasikan Lembaga AIK di PTMA Dan para dosen AIK. UAD sudah menyiapkan S2. Nanti S3 Konsentrasi AIK juga.. Syekh Munir Mulkhan dihadirkan untuk menguatkan tujuan Kita.

Respon?

Prof Sutrisno menyampaikan Hal Kebijakan. AIK biasanya terhenti pada persoalan formalitas. Ekonomi misalnya. Andai Ada dosen terbaik. Jangan selamanya terhenti pada formalitas. Mari berbenah diri. Kembali ke tadi, kurikulum. Bagaimana agar menjadi gerakan masif? Perlu diupayakan.

Bagaimana tanggapan Prof.Munir Mulkhan?

Menurut tokoh Muhammadiyah asal Jember yang kemudian sempat merantau ke Lampung ini sebagai berikut. “Kebetulan saya tidak ikut di Malang. Menurut saya, orientasi bukan hanya pada mahasiswa saja, namun PTM juga. Pendidikan, lebih khusus perguruan tinggi, maka harus memberi warna di PTM itu. Karenanya perlu orientasi pembelajaran. Jangan cuma cerita sejarah, kelembagaan. Kuno. Harus bisa memberi pemaknaan mengapa Muhammadiyah berdiri.

Prof Munir melanjutkan. Berdirinya Muhammadiyah dan majelis-majelis, filosofinya apa. Agar Kita bisa buat maping. Pola di daerah minoritas seperti apa. Sosiologi, antropologi. Ilmu lain diperlukan juga. Selalu muncul dari bawah. Ini lho cara ‘ngrembokokan’ Muhammadiyah.

Kesaksian dokter Soetomo. Terkonfirmasi dg jumlah anggota. Sy cek. sejak tahun 1912 anggota Kita belum ada 1 jt. Membuat orang Kristen Katolik lebih manusiawi. Ini yang saya sebut virus Muhammadiyah.

Demikian diantara diskusi Inisiasi Program S2 Konsentrasi AIK bersama Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah. Ada sebuah tantangan menarik yang perlu kita fikirkan dalam hal pengembangan AIK ini, baik di perguruan tinggi maupun di pendidikan dasar Dan menengah. Tentu, saya hanyalah secuil bagian tersebut. Saya ingat pesan Pak Amien Rais kala itu, sekitar tahun 90-an, “Teruslah lakukan sesuatu untuk kemajuan bangsa ini..”

Saya kira pesan itu selaras dengan pesan Al-Qur’an bahwa “Lakukanlah kebajikan walau hanya sebesar biji sawi..” Ada pula ayat “Betapapun hanya sebesar biji sawi, Allah pasti akan membalasnya.”

Omong-omong nih, apa sih hakikat kita berMuhammadiyah?

Yaitu agar Kita mampu berbuat baik, punya inisiatif kuat untuk selalu melakukan kebaikan dan kebajikan. Tantangan dan kemajuan jaman perlu kita apresiasi secara positif. Terus tebarkan salam. Kampung akhirat senantiasa kita dambakan. []

Yogyakarta, 12 Maret 2020

Sri Lestari Linawati adalah pegiat literasi, penggagas BirruNA “PAUD Berbasis Alam dan Komunitas”, peneliti pada Pusat Dunia (Pusat Studi Anak Usia Dini dan Keluarga Yogyakarta), Dosen UNISA Yogyakarta. Perempuan yang akrab disapa “Lina” ini adalah salah satu pengurus ALAIK PTMA, juga ikut ‘nguri-uri’ ‘Aisyiyah Center UNISA Yogya. Bu Lina bisa dihubungi di email sllinawati@gmail.com atau no hp 0812.15.7557.86.

Peran Orangtua dalam Menyiapkan Generasi Rabbany

Sebulan yang lalu saya dihubungi Mbak Hartini untuk menjadi pemateri pada pengajian akbar LINAS (pengajian keliling antarmasjid di Sidoarum Godean). Hari ahad, 9 Februari 2020 jam 09.00-11.00 di masjid Jengkelingan, dengan materi “Peran Orangtua dalam Menyiapkan Generasi Rabbany”.

Saya sanggupi karena waktu itu belum ada agenda. Kebetulan sudah lama juga mbak Hartini meminta saya mengisi pengajian ibu-ibu ‘Aisyiyah di sana, namun beberapa kali jadwalnya pas saya tidak bisa. Pertama, tentu dari segi waktu, juga sudah saya bicarakan dengan suami. Adapun soal materi, disiapkan sambil jalan. Jamaahnya, menurut informasi, adalah ibu-ibu muda dan beberapa ibu-ibu tua.

Baiklah, sekarang mari kita mulai kaji bersama. Satu-satu kita bahas ya..

Apa yang dimaksud dengan “Generasi Rabbany”?

Saya yakin ibu-ibu jamaah LINAS sudah sering mendengar, sudah sering mengikuti pengajian tentang generasi Rabbany. Secara harfiah, generasi Rabbany adalah generasi yang berpegang pada nilai-nilai yang telah digariskan oleh Rabb, Sang Pemelihara, Allah swt. Artinya, generasi yang berpegang pada prinsip Al-Qur’an.

Seperti apakah generasi yang berpegang pada prinsip Al-Qur’an? Mari kita buka Al-Qur’an..

Surat Al-Ahqaf (46) ayat 15

وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَـٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ إِحْسَـٰنًا ۖ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ كُرْهًۭا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًۭا ۖ وَحَمْلُهُۥ وَفِصَـٰلُهُۥ ثَلَـٰثُونَ شَهْرًا ۚ حَتَّىٰٓ إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُۥ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةًۭ قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِىٓ أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ ٱلَّتِىٓ أَنْعَمْتَ عَلَىَّ وَعَلَىٰ وَٰلِدَىَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَـٰلِحًۭا تَرْضَىٰهُ وَأَصْلِحْ لِى فِى ذُرِّيَّتِىٓ ۖ إِنِّى تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّى مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”

Ayat ini:

Allah memerintah manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya
Seorang ibu telah mengandungnya dengan susah payah
Melahirkannya dengan susah payah pula
Mengandung sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan
Anak tumbuh hingga dewasa
Ketika umurnya 40 tahun, si anak berdoa sebagaimana di atas.

Berikutnya, apa makna pesan-pesan tersebut bagi kita saat ini? Mari coba kita dalami lagi..

Poin satu, berbuat baik kepada kedua orang tua adalah perintah Allah. Artinya, selain mengabdi kepada Allah swt, mengagungkan nama Allah, mengesakanNya, Allah memerintah kita berbuat baik pada kedua orang tua. Mengapa? Karena dari kedua orang tualah kita lahir ke dunia ini.

Pertanyaannya adalah, apakah mudah bagi setiap kita untuk berbuat baik kepada kedua orang tua?

Jawabannya bermacam-macam. Sedikit orang yang menjawab “Mudah, karena kedua orang tua saya faham Islam”. Lainnya “orang tua saya otoriter”, “orang tua saya tidak peduli”, “orang tua saya bercerai”.

Sebagai anak, kita diperintahkan untuk berbuat baik. Sepanjang hayat kita, pada orang tua, kita tetap sebagai anak, meski kita anak-anak, remaja, dewasa, bahkan bisa jadi kita sudah jadi orang tua bagi anak kita. Menjaga hubungan baik antara kita dengan orang tua menjadi wajib hukumnya.

Pada masa dahulu, anak tinggal dekat dengan orang tua. Hubungan batin didukung oleh kedekatan fisik. Kini, sangat mungkin, anak tinggal berjauhan dengan kedua orangtua. Bagaimana membangun hubungan keduanya, apabila secara fisik tidak bisa setiap hari bertemu? Mungkin saat lebaran bisa hadir. Atau saat-saat liburan panjang. Atau juga saat ada perlu. Nah,ada perlu dan ada kesempatan ini yang mungkin perlu kita pertimbangkan, kita siapkan, secara batin dan lahir.

Poin dua, ibunya mengandungnya dengan susah payah.

Artinya, mengandung itu suatu hal atau keadaan yang perlu perjuangan lahir batin. Tiap orang bisa berbeda kondisi kehamilannya. Normal alhamdulillah. Tidak pun musti tetap kita bersyukur, alhamdulillah. Bila kita kaji lebih jauh tentang masa kehamilan, baik trimester pertama, kedua, ketiga, ada banyak kisah yang dapat kita ambil pelajaran (ibrah). Ada yang harus bedrest selama kehamilan hingga harus berhenti bekerja, ada yang muntah-muntah tanpa sebab bila tercium keringat suaminya, dan masih banyak lagi.

Poin tiga, melahirkannya dengan susah payah pula. Nah, banyak-banyaklah istighfar dan bermunajat kepadaNya.

Poin empat, mengandung sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. Ini adalah rentang ujian kesabaran bagi seorang ibu. Bagi kita sebagai anak, ingatlah masa itu yang dialami ibu kita.

Poin lima, anak tumbuh hingga dewasa. Selama masa ini, anak perlu diberi makan, pendidikan, asuhan, kesehatan. Seorang ibu, yang peduli dan kasih sayang pada anaknya, tentu berjuang dengan sepenuh jiwa raga.

Poin enam, ketika umurnya 40 tahun, si anak berdoa sebagaimana di atas. Doa itu ungkapan kesyukuran, harapan dan cita.

Ini adalah bahan diskusi kita pada pertemuan ini. Buka kran besar pada mendengarkan umat, jamaah. Harapannya, jamaah pulang dengan membawa ilmu dan keyakinan. Saya yakin ibu-ibu jamaah LINAS memiliki masalah masing-masing. Semoga kajian kita kali ini membawa manfaat yang besar bagi kita semua, yaitu ilmu yang kita ketahui, kita yakini dan ada dan tumbuh semangat kita untuk mengamalkannya. “Ilmu yang tidak diamalkan laksana pohon tanpa buah.”

Kanoman, Banyuraden, Gamping, 9 Februari 2020

Sri Lestari Linawati yang akrab disapa Bu Lina adalah dosen UNISA (Universitas ‘Aisyiyah) Yogyakarta, pegiat literasi, peneliti pada Pusat Studi Anak Usia Dini dan Keluarga Yogyakarta. Buku solo alumni Sastra Arab UGM ini ada dua, yaitu “Menggerakkan Ipmawati” dan “Bahasa Arab di Mata Santri ABG: Studi Persepsi Pembelajaran Bahasa Arab Siswa SMP Ponpes Modern MBS Yogyakarta”. Buku antologi alumni Psikologi Pendidikan Islam Magister Studi Islam UMY ini ada sepuluh. Tiga di antaranya adalah yang baru dilauncingkan 25 Januari 2020 di Seminar Kepenulisan dan Kopdar IV Sahabat Pena Kita di UNISMA Malang, yaitu “Moderasi Beragama”, “Sejuta Alasa Mencintai Indonesia” dan “Guru Pembelajar”. Lina bisa dihubungi di email sllinawati@gmail.com atau no hp/WA 0812.15.7557.86