Pilih Laman

Geng Pelajar dalam Tinjauan Psikologi, Pendidikan dan Keluarga

Berbahagia diundang hadir dalam seminar “Peran Muhammadiyah dalam Mensikapi Fenomena Klitih” yang diselenggarakan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bantul. Mungkin ini efek dari menulis. Kebetulan 15 Januari lalu saya menulis “Dukung Sultan Perhatikan Keluarga Tangani Klithih”.

Ketika membaca para pelaku klithih adalah anak-anak remaja usia belasan tahun, usia SMP SMA, spontan hati ini serasa teriris. Saya juga memiliki anak-anak usia SMP SMA. Setiap orang tua pasti ikut tersentak dan sedih melihat fenomena ini.

Tersentak juga ketika membaca di berbagai grup whatsapp (grup jamaah whatsappiyah nih ye..) tentang informasi geng klitih. Disebutkan dalam informasi tersebut nama sekolah, alamat sekolah, nama geng, tempat berkumpulnya, juga musuh mereka. Mereka adalah para pelajar di SMA Negeri, SMA Muhammadiyah, SMA swasta lainnya, SMP Negeri, SMP Muhammadiyah, SMP swasta lainnya.

Sebagai pembaca yang bijak, pada kita dituntunkan melihat sejauh mana kebenaran berita tersebut. Lebih dari itu, kita perlu melakukan refleksi terhadap fenomena tersebut, menganalisis, kemudian menyusun agenda-agenda strategis untuk pencegahannya dan upaya solutifnya. Itulah sebabnya saya segera mengambil sikap mendukung upaya Sultan untuk membentuk pokja dan mewujudkan ketahanan keluarga.

Sekolah Muhammadiyah memang tidak sepenuhnya harus menanggung penderitaan ini. Keluarga, lingkungan dan masyarakat juga musti turut andil mengatasinya, melakukan upaya-upaya pencegahan. Namun demikian, sekolah memiliki peluang besar menanamkan nilai-nilai akhlak pada diri siswa. Inilah makna bahwa sekolah tidak hanya bertugas transfer of knowledge, namun yang lebih penting lagi adalah transfer of values. Transfer pengetahuan dan transfer nilai.

Yang seperti apakah itu? Mari kita kaji bersama..

Satu, geng pelajar. Di manakah peran IPM dan OSIS?

Apakah IPM dan OSIS selama ini telah cukup menyediakan kegiatan yang menyibukkan pelajar? Aktivitas pelajar dengan kemampuan, potensi dan minat yang beragam?

Dua, sejauh manakah peran guru, karyawan dan segenap keluarga besar sekolah untuk menyiapkan lulusan yang tangguh, bermoral dan berdaya saing?

Siiruu fil ardhi..

Tiga, sejauh manakah peran pemerintah dalam menyiapkan kurikulum sekolah yang mencerdaskan para siswa? Sesungguhnya tujuan pendidikan adalah memberikan keyakinan pada setiap siswa bahwa mereka adalah makhluk berharga di muka bumi, tidak sia-sia mereka diciptakan, ada visi misi hidup yang musti mereka jalankan untuk kehidupan ini.

Dari tiga poin ini,

Mari kita lihat sekeliling kita.

Sekolah,

dalam prosesnya tiap hari, sudahkah secara optimal ‘nguwongke’ setiap komponen sekolah?
Apakah program-program sekolah telah dikomunikasikan dengan baik kepada orang tua siswa?
Bagaimana sekolah membangun kepercayaan dan kepuasan orang tua dalam menitipkan putra-putrinya di sekolah?
Guru dan karyawan perlu difasilitasi untuk studi lanjut dan kembali mengembangkan sekolah.

IPM/ OSIS

Buatlah program-program yang inovatif, kreatif untuk menyalurkan berbagai bakat dan minat siswa.
Program-program pertukaran pelajar perlu digalakkan.
Pentas kreativitas sesama pelajar antarsekolah perlu digagas dan dikembangkan.

Pemerintah

Perlu memfasilitasi terselenggaranya pendidikan yang baik dan mencerahkan
Perlu ‘nguri-uri’ terselenggaranya pengajian-pengajian di masyarakat. Mengapa? Karena pengajian adalah model pendidikan berbasis masyarakat. Di tengah situasi ekonomi yang menghimpit, masyarakat masih merasa perlu untuk belajar yang menyenangkan.

Demikianlah ‘jlentrehan’ ketahanan keluarga yang saya fahami. Keluarga musti kita jaga dan rawat bersama. Untuk Indonesia Berkemajuanlah kita semua bergerak membangun bangsa. Tak semudah membalik telapak tangan memang. Mari niatkan semua ikhtiar kita hanya karena Allah swt. Semoga dengan niat tulus ikhlas, kita mampu meningkatkan kesabaran dan ketaatan kita, sehingga pada saatnya kita dipanggil Allah dalam keadaan husnul khatimah, amin..

Kanoman Banyuraden, 8 Februari 2020

Sri Lestari Linawati, S.S., M.S.I. adalah dosen UNISA (Universitas ‘Aisyiyah) Yogyakarta, pegiat literasi, peneliti pada Pusat Studi Anak Usia Dini dan Keluarga Yogyakarta. Buku solo alumni Sastra Arab UGM ini ada dua, yaitu “Menggerakkan Ipmawati” dan “Bahasa Arab di Mata Santri ABG: Studi Persepsi Pembelajaran Bahasa Arab Siswa SMP Ponpes Modern MBS Yogyakarta”. Buku antologi alumni Psikologi Pendidikan Islam Magister Studi Islam UMY ini ada sepuluh. Tiga di antaranya adalah yang baru dilauncingkan 25 Januari 2020 di Seminar Kepenulisan dan Kopdar IV Sahabat Pena Kita di UNISMA Malang, yaitu “Moderasi Beragama”, “Sejuta Alasa Mencintai Indonesia” dan “Guru Pembelajar”. Lina bisa dihubungi di email sllinawati@gmail.com atau no hp/WA 0812.15.7557.86

RAT Koperasi UMEGA

Siang cerah ini dilangsungkan RAT Koperasi UMEGA Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta Tahun 2019 di aula gedung B kampus terpadu UNISA Yogyakarta.

Acara dimulai jam 12.30 wib. Setelah shalat dhuhur berjamaah di masjid kampus, kami berjalan menuju gedung B. Petugas telah siap di tempat masing-masing. Mengisi tanda tangan kehadiran, SHU, makan siang, snack dan batik. Sehubungan empat bulan lagi Muktamar Muhammadiyah ‘Aisyiyah, pengurus memberikan batik Muktamar untuk kami semua.

Forum ini dihadiri para pegawai Unisa beserta keluarganya, sehingga acara ini sekaligus sebagai ajang silaturrahmi. Ada yang mengajak suami, istri, anak, ibu, atau pun saudaranya.

Makan siang kali ini tentu berbeda dengan hari-hari lain. Kali ini kami dapat beramah tamah juga dengan segenap anggota koperasi.

Acara dimulai dengan bersama membacakan basmalah. Kalam Ilahi surat Al-Maidah ayat 2 dan Al-Jum’ah ayat 10 dibacakan oleh Slamet Santoso, mahasiswa tingkat akhir Manajemen UNISA Yogyakarta.

Intermezo pertama, pembagian doorprize untuk 20 anggota. Tentu saja acara ini meriah. Apapun isinya, sesi ini cukup memeriahkan suasana.

Sambutan Rektor UNISA disampaikan oleh Bu Warsiti. Beliau menyampaikan agar forum ini sekaligus menjadi ajang silaturrahmi. Diharapkan jalannya koperasi ke depan lebih baik lagi.

Pak Sulthoni menyampaikan sambutan Dinas Koperasi dan UKM DIY. Beliau menyampaikan agar keadaan koperasi menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.

Pengesahan Kuorum, Pembacaan Tata Tertib dan Pengesahan, dilanjutkan Pembacaan Berita Acara RAT 2019.

Laporan Pertanggungjawaban Pengurus disampaikan oleh Bu Indah dan Bu Irkham. UMEGA dulu kependekan dari Usaha Menambah Gaji, sekarang menjadi Usaha Mensejahterakan Anggota.

Laporan Pertanggungjawaban Pengawas Koperasi disampaikan oleh Ibu Mufdlilah, Ibu Sulistyaningsih dan Ibu Anjarwati.

Di sesi Pengesahan Laporan Pertanggungjawaban Pengurus dan Pengawas, Bu Irkham menanyakan pada anggota, “Apakah laporan pertanggungjawaban dapat disahkan?” Anggota menjawab serempak, “Bisaaaaaaaaa…” Palu diketok tiga kali. Tok.. tok.. tok. Alhamdulillah.

Intermezo kedua adalah pembagian doorprize untuk 25 nomor.

Acara dilanjutkan pemilihan pengurus dan pemilihan pengawas. Petugas membagikan kertas nama-nama dan kertas pemilihan. Setelah diisi, petugas segera mengumpulkan kembali lembar pemilihan.

Sambil menunggu hasil pemilihan, dilakukan pembagian doorprize kembali untuk 28 anggota. Dilanjutkan penghitungan hasil pemilihan.

Doorprize untuk 30 anggota kembali digelar. Satu per satu nama dipanggil oleh Bu Fathiyatur Rohmah. Mas Anang S yang menyerahkan doorprizenya.

Selanjutnya 10 doorprize. Bapak R Wicaksono, Sukmawati, Ibu Farida Noor Rohmah, Ibu Dika Rizki Imania, Ibu Nurul Kurniati, Ibu Dewi Aminatun, Ibu Atni TPA, Ibu Suri TPA, Bapak Nasrudin, Ibu Paryanti, Naura putri Bu Fitna.

Lanjuuut?
Lanjuuuuuut….

4 doorprize lagi.
Ibu Nur Amalia Shaliha, Bapak Sujoko/ Veni, Bu Dita. Doorprize berlaku bagi yang masih di tempat. Bu Ratri Ayuningtyas. Bapak Basit Adi Arifianto.

Teng ting teeeeng..

Mas Adi Sasmito dapat sepeda. Bapak Setiono. Basit Adi Putranto.

Dua lagi. Mesin cuci dan kulkas. Siapa?

Olivia. 54321 batal.

Bapak Hermin Widodo suami Bu Elika.

Satu lagi.

Dini Windartanti. 👏🏻👏🏻 Dua tahun berturut-turut mendapatkan doorprize utama.

Kita akhiri dengan hamdalah bersama. Wassalamu’alaikum..

Yogyakarta, 1 Februari 2020.
Sri Lestari Linawati adalah dosen UNISA Yogyakarta, pegiat literasi dan pengurus ‘Aisyiyah Ranting Banyuraden, Gamping, Sleman, DIY.

Dukung Sultan Perhatikan Keluarga Tangani Klithih

“Cara terbaik untuk membuat anak-anak betah di rumah adalah menciptakan suasana yang menyenangkan dan jauh dari kejenuhan.” (Dorothy Parker)

Headline news Kedaulatan Rakyat Selasa, 14 Januari 2020 tentang “Penanganan Klithih Menyasar Keluarga: Sultan Akan Bentuk Pokja”. Meski beberapa waktu lalu pernah terjadi dan diulas, namun persoalan klithih masih kembali mencuat.

Berita itu dimulai dengan penyampaian bahwa persoalan klithih tidak akan bisa hilang atau ditangani secara tuntas, apabila akar masalah dari lingkungan keluarga tidak tertangani. Mayoritas pelaku merupakan anak dari keluarga bermasalah seperti ‘broken home’. Penanganannya harus lintas sector.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengungkapkan, Pemda DIY akan mengupayakan pembentukan kelompok kerja (Pokja) dalam upaya memberantas aksi klithih dengan menguatkan ketahanan keluarga.

Dari persoalan klithih ini kita dihentakkan tentang pentingnya ketahanan keluarga. Keluarga yang harmonis adalah keluarga yang dibangun atas dasar cinta dan kasih sayang. Cinta dan kasih sayang itu akan melahirkan sikap-sikap saling menghormati, saling menolong, saling melengkapi, saling menyempurnakan. Tidak terpenuhinya rasa cinta dan kasih sayang yang melahirkan sikap saling tersebut, akan menyebabkan timbulnya masalah-masalah di dalam keluarga.

Masalah pertama yang akan muncul dalam keluarga adalah perbedaan antara suami dan istri. Banyak orang menganggap bahwa yang namanya kebahagiaan suami istri adalah ketika suami sama persis dengan istri. Padahal sejatinya keharmonisan suami istri itu terletak pada pemahaman terhadap perbedaannya. Inilah hakikat pernikahan yang sesungguhnya. Istri memerlukan suami, suami pun memerlukan istri. Tiap pribadi perlu memahami kelebihan dan kekurangan pribadi masing-masing. Untuk apa? Agar tiap pribadi dapat berbuat yang terbaik yang diperlukan pasangannya.

Masalah kedua yang mungkin muncul dalam keluarga adalah kehadiran keluarga besar. Hal ini mendasar sifatnya. Pernikahan mustilah difahami bukan hanya antara dua orang saja, lelaki dan perempuan, namun juga pertautan hati antara dua keluarga, yaitu keluarga laki-laki dan keluarga perempuan. Keduanya akan bisa menjalin hubungan harmonis ketika tiap pihak memahami budaya yang dianut. Suami dan istrilah yang bertugas mempererat hubungan itu, bukan justru menjauhkan.

Dampak hubungan harmonis dua keluarga akan sangat terasa ketika anak-anak terlahir dari pasangan suami istri. Anak tidak saja dikenalkan hormat pada ayah ibu, namun juga berkasih sayang pada keluarga ayah dan juga keluarga ibu. Pada waktu liburan atau lebaran Idul Fitri merupakan waktu-waktu istimewa untuk mempererat hubungan ini. Tak semudah membalik telapak tangan memang, terutama bila suami dan istri asalnya berjauhan, yang untuk mencapainya musti menempuh perjalanan darat selama berjam-jam. Menjaga kesehatannya, menjaga keceriaannya, dan kecerdasannya merupakan hal utama dilakukan.

Persoalan komunikasi dalam keluarga yang disebutkan di atas mengingatkan kita pada 4 hak anak. Satu, anak memilikihak hidup. Setiap janin perlu dijaga agar dia dapat lahir dengan baik. Dua, anak memiliki hak untuk tumbuh. Ketika seorang anak lahir, maka tugas kedua orang tuanyalah yang memberinya dia makan dan minum. ASI musti diberikan. Ketercukupan gizi anak perlu diperhatikan.

Hak anak ketiga yaitu hak berkembang. Selain memberi anak makan, orang tua perlu memberinya stimulasi-stimulasi pada perkembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotoriknya. Sel otak yang distimulasi dengan baik akan menyebabkan percepatan sel sarafnya. Sebaliknya, apabila tidak distimulasi, akan menyebabkan sel saraf patah yang berdampak pada keterlambatan periode berikutnya.

Hak anak keempat adalah hak berbicara. Penting bagi ibu dan bapak untuk selalu mengajak anaknya dialog. Kisah percakapan Ibrahim dan putranya Ismail adalah tauladan yang musti kita kaji secara mendalam. Ibrahim bertanya pada Sang Putra, “Wahai anakku, aku melihat dalam mimpiku aku menyembelihmu. Bagaimanakah menurut pendapatmu?” Sang Putra menjawab, “Laksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadamu. Insyaallah Ayah akan mendapatiku sebagai orang yang sabar.”

Dalam konteks komunikasi, kita dapat melihat betapa indahnya jalinan komunikasi keduanya. Ibrahim adalah sosok bapak yang bijak, bukan semena-mena pada anaknya. Bila bapaknya arogan, mungkin saja sang bapak mengatakan, “Sini, Nak, aku akan menyembelihmu.” Si anak pun bisa saja menjawab, “Bapak ini apa-apaan? Gila po mau menyembelih anak sendiri?”

Ada sebuah ketulusan pada tiap pribadi bapak dan anak tersebut. Satu saja kesamaannya, yaitu kepasrahannya pada Sang Pencipta. Nah, keadaan tersebut tentulah bukan sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba, namun dibangun secara bertahap sesuai dengan masa pertumbuhan anak. Masa perkembangan anak balita tentu sangat membutuhkan perhatian dan bantuan kedua orang tuanya. Pada masa remaja awal, remaja akhir dan dewasa juga membutuhkan perhatian yang berbeda. Pada usia remaja, anak lebih mendengarkan kata temannya.

Perkembangan remaja ini perlu disadari dan difahami oleh orang tua. Ketidakfahaman orang tua pada masa perkembangan remaja ini akan menyebabkan kerenggangan psikologis anak dan orang tua. Anak lebih mendengarkan apapun yang dikatakan teman, namun orang tua tersinggung karena merasa tidak dihormati anak. Hal ini menyebabkan tumbuhnya benih masalah pada anak dan orang tua.

Inilah pentingnya pendidikan anak usia dini, usia nol hingga 6 tahun. Stimulasi yang diberikan sesuai dengan usia anak adalah upaya memberikan hak perkembangan anak. Anak yang mendapatkan stimulasi ini akan tumbuh lebih mandiri dan percaya diri. Kecerdasannya pun akan berkembang secara bertahap dan pelan-pelan.

Sebaliknya, apabila anak hanya didiamkan saja dengan dalih “besok gede sendiri, ngerti sendiri” itu tidak benar. Tidak ada sesuatu yang terjadi tiba-tiba, termasuk juga kecerdasan dan kemandirian. Hanya kesediaan memberikan stimulasilah yang akan merubah segalanya. Pekerjaan ini memang tidak mudah. Membutuhkan kesabaran dan ketlatenan. Mengapa? Karena anak memang awalnya hanya bisa menangis. Tidak bisa mengatakan apapun. Ibu bapaknyalah yang musti memahami arti tangis anak. Di tangan ibu bapaklah pembentukan karakter anak dimulai. Inilah makna bahwa keluarga adalah sekolah pertama dan utama bagi anak.

Bagaimana bila sang ibu harus bekerja? Musti ada pihak yang membantu pelaksanaan tugas ibu, dialah surrogate mother, ibu pengganti. Ibu pengganti ini mulia juga tugasnya. Persoalannya adalah masyarakat masih memandang rendah pekerjaan surrogate mother dan memandang sebelah mata. Dampaknya adalah pembayaran rendah pada tugas mereka. Yang lebih parah adalah menyamakan tugas surrogate mother dengan tugas pembantu rumah tangga. Mereka layak disuruh ini itu untuk memenuhi kebutuhan sang anak, kapanpun ibu dan bapak membutuhkannya. Inilah ketimpangan yang masih terjadi dalam masyarakat kita.

Ketika anak mulai sekolah, anak dihadapkan pada system pendidikan Indonesia dengan seabrek kurikulum yang musti dicapai. TK, SD, SMP, hingga SMA, anak dipaksa menelan mentah apa yang diberikan guru. Seakan semua kebenaran adalah apa yang dikatakan guru. Jarang dibangun sikap diskusi dan musyawarah. Anak didik menjadi tidak terbiasa mengemukakan pendapat. Tak jarang pendapatnya direndahkan atau bahkan disingkirkan. Akibatnya anak enggan lagi bersuara.

Indonesia adalah negara kesatuan republic Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau dan suku-suku. Artinya, keragaman itu penting dan strategis untuk diajarkan pada anak-anak kita. Hanya pemahaman terhadap keragaman itulah yang akan mengantarkan sikap saling menghormati, saling mendukung dan saling menyempurnakan. Masih banyak agenda kita untuk memajukan anak-anak bangsa. Persatuan dan perdamaian itu dari kitalah yang akan mewujudkan. Siapa pun kita, di mana pun kita berada, mari kita jaga keluarga kita. Bangun budaya komunikasi dan saling menghormati, dimulai dari keluarga. Pendidikan sebaik apapun, anak kita selalu merindukan kedamaian keluarga. Jangan biarkan jiwanya hampa. Kosong tiada daya dan cita hanya akan menyebabkan anak lari mencari suatu yang tak pasti.

Mari bersama bangkit! Tidak ada kata terlambat untuk memulai.

Keluarga, marilah wujudkan kedamaiannya. Masyarakat, mulailah beri perhatian pada kesatuan keluarga-keluarga. Pendidikan, galilah potensi-potensi baik dalam diri anak didik. Sajikan kegiatan-kegiatan menarik yang menggugah potensi, minat dan bakat anak. Negara, mulailah serius dan penuh ketulusan memajukan Indonesia ke arah yang lebih baik. UUD 1945 adalah panduan kita bersama. Hanya kesucian niat dan tekad yang akan mampu membawa Indonesia kepada kemajuan dan kejayaan bangsa.

Klithih, sebagaimana penyakit social lainnya, saya yakin dapat kita tangani, akan sembuh, apabila secara bersama kita berupaya mengatasinya. Tak perlu menuding siapa-siapa. Kita hanya perlu bertanya pada diri sendiri, sudahkah kita ikut berperan mengatasi persoalan klithih?

Sesampai rumah nanti, sapalah anak dan istri/ suami Anda. Luangkan waktu sejenak untuk makan bersama dan shalat berjamaah bersama segenap anggota keluarga. Jangan buru-buru pergi kerja bakti atau ronda kampung. Pastikan anak dan istri telah kita ajak diskusi tentang pengalaman berharga yang didapatkan hari ini. Dengan langkah kecil semacam inilah, kita atasi persoalan klithih ini. Inilah hakikat pokja yang sebenarnya. Tebarkan salam. Tebarkan perdamaian. Salam semangat!

Yogyakarta, 15 Januari 2020

Sri Lestari Linawati, S.S., M.S.I. adalah Dosen UNISA (Universitas ‘Aisyiyah) Yogyakarta.

Laporan Pentas Kreativitas dan Santunan Anak Yatim Dhuafa Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah Banyuraden

Pagi yang cerah, Bu Atyk ke rumah untuk menyampaikan laporan kegiatan “Pentas Kreativitas dan Santunan Anak Yatim oleh ‘Aisyiyah Ranting Banyuraden”. Dua institusi yang akan diserahi laporan adalah STPN (Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional) dan UNISA (Universitas ‘Aisyiyah) Yogyakarta.

Pertama saya menuju ke STPN. Setelah melapor ke Pos Satpam dan meninggalkan identitas KTP, saya diberi cocard “Tamu” dan diberi petunjuk arah ruang Pak Bambang Suharto. Menuju ruang Pak Bambang, saya bertemu beberapa mahasiswa dan mahasiswi STPN. Dengan ramah mereka menyapa, “Siang, Bu..”

Memasuki ruang yang terletak di belakang aula STPN, segera saya menemui resepsionis. “Assalamu’alaikum, Bu.. Saya Lina dari ‘Aisyiyah Ranting Banyuraden mau menemui Pak Bambang Suharto, Kepala Keuangan, untuk menyerahkan laporan kegiatan santunan yang telah dibantu oleh STPN.” Dua orang ibu resepsionis dengan sigap dan senyum segera mempersilakan saya naik ke ruang Pak Bambang, “Monggo, Bu, naik saja.” Alhamdulillah..

Saat membalikkan badan hendak menaiki tangga, ternyata ada Pak Bambang dari ruang sebelah, hendak naik ke ruangan. Alhamdulillah, tentu saja saya senang. Pertama saya menyampaikan salam Ketua Panitia Pentas Kreativitas dan Santunan Anak Yatim dan ucapan terima kasih segenap panitia. Setelah lembar penyerahan laporan ditulis “Kepada Ketua STPN di Yogyakarta”, laporan segera saya sampaikan kepada Ketua STPN melalui Pak Bambang Suharto, Kepala Keuangan.

Kami sampaikan ulasan singkat tentang acara tersebut, sebagaimana tertulis dalam laporan. Pak Bambang manggut-manggut dan tersenyum, “Alhamdulillah, semoga bermanfaat. Ini juga masukan untuk kami untuk penyelenggaraan program RDK (Ramadhan Di Kampus).”

Sesampai di UNISA Yogyakarta, laporan kegiatan segera saya sampaikan Bu Indah Staf Rektorat. Beliau berjanji untuk meneruskannya ke Bu Fatma Bendahara. Tidak lupa di alamat surat ditulis “Kepada Ibu Rektor UNISA Yogyakarta”.

Ada rasa bahagia menyelimuti saat amanah yang diberikan telah dapat kita tunaikan. Semoga Allah mencatat tiap upaya dan ikhtiar kita sebagai amal shalih, amin.. Bahagia karena akhirnya kegiatan pentas kreativitas berjalan dengan lancar dan sukses. Bahagia karena akhirnya laporan kegiatan sudah jadi. Lega. Banyak pelajaran yang kami dapatkan sejak persiapan, pelaksanaan, hingga laporan ini disajikan. Kebersamaan ibu-ibu anggota ‘Aisyiyah di Ranting Banyuraden cukup bagus dan dinamis. Mengajarkan pada saya bahwa penting merawat kebersamaan guna kelangsungan kehidupan Muhammadiyah/ ‘Aisyiyah di ranting.

Terhadap anak yatim dan dhuafa di lingkungan Banyuraden, pentas kreativitas yang baru kali ini dicoba tampilkan, cukup menarik. Memang belum semua anak yang mengikuti. Baru ada beberapa anak. Namun itu sudah cukup bagus sebagai awal yang baik. Ada da’I cilik yang jadi juara 1 tingkat kabupaten Sleman. Ada menyanyi bersama Mars ‘Aisyiyah. Ada pula yang menampilkan tarian. Mereka dilatih oleh Bu Bu Dyah Widiastuti, tim ‘Aisyiyah Banyuraden dan teman-teman RBK (Rumah Baca Komunitas). Saat pagi dandan pun, partisipasi ibu-ibu ‘Aisyiyah Ranting Banyuraden patut diacungi jempol. Bu Sofi Hilman dan rekan-rekan datang pagi buta untuk mendandani satu satu peserta yang akan tampil. Walhasil, acara sukses dan lancar. Alhamdulillah.

Sri Lestari Linawati adalah dosen UNISA Yogyakarta, pegiat literasi dan anggota Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah Banyuraden.

Pengajian Dasawisma Pundung RT 08

Ahad malam saya dihubungi Pak Ovi PRM Mlangi, “Assalamu’alaikum. Bu Lina, mbok saya minta tolong. Besok siang bu Lina memberi pengajian ibu-ibu dasa wiswa 50 orang. Jam 14.00 di Rt 08 Pundung.”

Karena yang meminta adalah tetangga dekat Unisa, maka segera saya iyakan, “Wa’alaikum salam. Nggih, Pak Ovi, insyaallah.” Saya yakin ikhtiar ini akan membaikkan hubungan Unisa Yogyakarta dengan masyarakat sekitar, itu saja, karenanya tidak akan saya tolak.

“Materi?” tanya saya. Pak Ovi menjawab, “Bebas”.

Saya bertanya lagi, “Ten dalemipun sinten, Pak?” Pak Ovi pun menjawab,
“Bu waring. Barat tempat saya, pojok barat utara asrama. Matur nuwun.”

Pada.hari dan jam yang ditentukan, segera saya meluncur ke lokasi. Berhubung saya belum hafal daerah Pundung, maka sempat keliling kampung.. haha.. Tak apa. Asyik saja, meski sedikit _gobyos_.

Sesampai di rumah Bu Waring, Bu Daroyah langsung mempersilakan saya menyampaikan isian.

Saya meminta hadirin menyanyikan sekali lagi shalawat yang dilantunkan di awal pertemuan. Bu Daroyah menjelaskan bahwa kita musti bershalawat atas Nabi kita sebagaimana pesan Al-Qur’an.

Nah,
materi saya mengajak hadirin memahami makna shalawat tersebut yang notabene berbahasa Arab. Menarik diskusi kecil kami sore itu. “Yach.. intinya bershalawat,” tanggapan seorang ibu. Arti per kalimat? Tidak tahu.

Saya mulai mengajak ibu-ibu melihat pariwisata Bali. Tari Kecak yang jadi salah satu ikon pariwisata Bali kan kegiatan ritual. Pertanyaannya, mengapa kita melakukan ibadah ritual namun tidak mampu muncul sebagai ikon wisata sebagaimana halnya Bali? Mulai ramai para ibu berbisik. Seorang ibu menanggapi, “Ibadah kan memang tidak untuk dipertontonkan?”

Alhamdulillah, saya suka dengan diskusi itu. Benar, ibadah tidak untuk dipertontonkan. Saya hanya ingin mengajak ibu-ibu faham dengan apa yang ibu katakan, senandungkan. Saya coba bandingkan dengan lagu berbahasa Indonesia dan berbahasa Jawa. Ibu-ibu pun komentar, “Wah… bagus..”

Wajah sumringah mulai menghiasi wajah ibu-ibu. Saya bersyukur. “Ya, Ibu-ibu.. Mengapa itu terjadi? Karena bahasa Arab memang bukan bahasa ibu kita. Itu bahasa asing bagi kita, maka kita wajib mempelajarinya. Bagaimana Al-Qur’an sebagai pedoman hidup bisa kita amalkan apabila kita tidak faham apa artinya? Motor kita tidak akan bisa berjalan bila bensinnya tidak ada, seperti itulah ibaratnya. Hadirin pun manggut-manggut puas.

“Kulo niku pun tuwo, pun mboten saget..,” kata seorang simbah. Saya sampaikan, “Simbah, bukankah kita dituntunkan untuk belajar sejak buaian hingga liang lahat?” Simbah pun memgingat kembali ajaran yang diyakininya itu, kemudian beliau pun menganggukkan kepala.

Usai acara dasawisma, saya mampir ke asrama Unisa yang letaknya berdekatan. Bakda maghrib, saya sempatkan diskusi kecil dengan mahasiswa asrama, yaitu hal doa khusyuk dan praktek kultum. Mereka tampak antusias.

Ternyata usai isya’ yang akan mengisi materi adalah Bu Warsiti Rektor Unisa Yogyakarta. Saya bahagia berkesempatan bisa tatap muka dengan beliau.

Ibadah kita lakukan dengan optimal. Kita berharap agar kita mampu menjadi pribadi takwa, yang ikhlas menghadapkan diri, jiwa dan raganya lillah, hanya semata untuk Allah swt. Jihad fi sabilillah.[]

Yogyakarta, 7 Januari 2020

Outbound: Bermain Menyenangkan dan Terarah

“Cara terbaik untuk membuat anak-anak betah di rumah adalah menciptakan suasana yang menyenangkan dan jauh dari kejenuhan.” (Dorothy Parker)

Pada kegiatan Outbond Pesantren Pemimpin Muda Berkemajuan (PESPAMA) Gelombang 5 pada hari ini. Ahad,5 januari 2020, diikuti oleh 153 mahasiswi Prodi TLM dan Manajemen Unisa. Hujan yang turun sejak malam, kebetulan reda, sehingga outbound bisa diselenggarakan sesuai dengan rencana.

Ayunda Novi, Febri, Lia dan Maya dari Hizbul Wathan Kafilah Unisa Yogyakarta siap memandu permainan. Untuk kelancaran kegiatan, sebagian peserta diberi tugas membantu pelaksanaan. Ada 4 mahasiswi yang bertugas di tiap running, yaitu Mirna (kelompok 1), Khofifah (kelompok 2), Suci (kelompok 3), dan Fitri Datun Solang (kelompok 4). Adapun 2 mahasiswi bertugas sebagai time keeper, yaitu Teti rahmawati dan Erniwati Astuti. Puput dan satu mahasiswi bertugas dokumentasi gambar dan video. Adapun Mezi bertugas menuliskan pengamatannya. Ini sebuah pembelajaran kecil berorganisasi.

Ada 4 permainan dalam outbound kali ini, yaitu Ambil Pipet,Kaki Seribu, Estafet Sarung, dan Air Mengalir. Setiap permainan diberi waktu selama 10 menit, dilanjutkan ke permainan selanjutnya, hingga semua kelompok pernah melakukan keempat permainan yang tersedia.

Pada permainan Ambil Pipet, peserta dituntut mampu bekerja sama dalam mengambil pipet yang berada di wadah. Satu per satu pipet harus diambil. Ini butuh kerjasama dan kesabaran.

Di permainan Kaki Seribu, peserta berjalan dengan posisi semua peserta duduk dan mengaitkan kakinya ke teman di depannya. Untuk berjalan peserta menggunakan tangan sebagai kakinya. Tak jarang kaitan peserta lepas, sehingga gagal sampai di garis finish. Peserta tiap sub kelompok diberi kesempatan untuk merundingkan strategi pencapaiannya. Ditandingkan lagi. Di sinilah peserta belajar berkomunikasi, membangun rasa saling percaya, saling mendukung dan kompak mencapai satu tujuan bersama.

Pada permaian Estafet Sarung, peserta diuji dalam kecepatan, kekompakan, dan manajemen waktu. Ingin berhasil sukses dalam waktu yang cepat adalah sifat manusiawi yang musti dilatih dalam kehidupan kita sehari-hari.

Terakhir, permainan Air Mengalir. Permainan ini agak sulit dan sangat membutuhkan kerja sama yang baik dalam kelompok. Tanggung jawab tiap individu sangat menentukan keberhasilan kelompok. Nilai yang dapat diambil dari permainan ini adalah kerjasama, tanggung jawab, kecepatan, ketangkasan, dan manajemen waktu dengan baik.

Semua peserta semangat dan antusias di setiap pos permainan, meskipun awalnya mereka tampak enggan. Beberapa catatan yang masih perlu menjadi perhatian adalah masih ada peserta yang kurang percaya diri selama permainan, tidak memakai sepatu dan tidak memakai baju olahraga sebagaimana ketentuan.

Kegiatan outbound diakhiri dengan sarapan bersama dilanjutkan De Brief. Peserta menceritakan apa kesan dan pesan yang didapat selama Outbound. Kelompok 1 diwakili Tiara (TLM) menyampaikan bahwa kerjasama membutuhkan musyawarah, komunikasi yang baik antar anggota dalam kelompok. Kelompok 2 diwakili Rifa (TLM) menyampaikan bahwa konsentrasi adalah fokus dalam tujuan yang ingin dicapai dalam kelompok. Kelompok 3 diwakili Meri (TLM) menyampaikan bahwa saling percaya adalah komitmen dalam kelompok . Kel 4 diwakili Amelia (Managemen) menyampaikan bahwa komunikasi penting demi kelancaran dalam kerjasama di dalam kelompok, agar komunikasi lancar perlu dilakukan musyawarah.